Senin, 31 Januari 2011

Malam Kami


Ada ribuan malam yang aku lewati bersamanya. Malam di kasur yang empuk dan penuh kehangatan. Malam dengan kisah-kisah yang memesona untuk dibagi. Kami berselimut khayalan indah tiap malam, bukan hanya mimpi. Khayalan yang kami ciptakan lebih kami tujukan untuk kehidupan nyata di masa depan, bukan sekedar mimpi kekanak-kanakan yang terlalu naif untuk bisa direalisasikan. Ya, aku suka melewati malam bersamanya. Tak pernah kami berromantis-romantisan memandang langit berbintang. Karena nyatanya, kami memiliki hamparan langit yang lebih luas dari itu, bahkan ketika di luar dihinggapi mendung luarbiasa kelabu sehingga melenyapkan percikan cahaya bintang pun, kami memiliki lebih dari itu di tiap malam yang kami rengkuh di dalam kamar berukuran 3x4.
Ini hampir menjadi tahun kedua aku menghabiskan sekitar 12 jam dalam sehari—tiap harinya—untuk menemaninya tidur di sini, di kamar tempatnya berbagi waktu malam berdua dengan suaminya dulu. Ada rasa berdosa tiap kali aku mengingat betapa bersalahnya aku harus menemaninya di sini, bukan suaminya yang justru mendekapnya mesra dengan jutaan rasa cinta. Tapi inilah keadaan kami sekarang. Harus ada seseorang yang menemaninya tiap malam untuk menghilangkan ketakutannya setelah kepergian suaminya.
Dan itulah aku, aku yang dibutuhkannya. Menjaganya pun merupakan amanah yang disampaikan suaminya kepadaku. Lalu aku harus bagaimana ? Mengelak, apalagi menghindar pun aku tak bisa.
Jadi, biarkan aku berbaring di sini bersamanya, bersama malam-malam kami yang masih panjang untuk dibagi bersama. Aku dan Mama, setelah kepergian Papa.

Hujan


source : Google





Hujan itu romantis walaupun dinikmati sendirian.

Asli. Kalau saya lagi kehujanan di jalan, sama siapapun saya ada waktu itu, saya pasti bilang “Wah romantis ya, kita keujanan”. Hal yang romantis nggak perlu dilewati dengan seorang kekasih, kan ? Dengan kenalan baru, dengan sahabat, atau dengan Pak Batagor mungkin karena hujan turun tiba-tiba waktu kamu sedang mengantre. Hujan tetap menjadi hal yang romantis. Bahkan saya selalu mengatakan hal demikian kepada diri saya sendiri. Ya, walaupun saya kehujanan sendirian.

Hujan itu lucu, seperti punya kaki untuk melompat-lompat tiap kali menyentuh jalanan. Haha, kadang saya berpikir bahwa loncatan hujan itu loncatan terindah yang pernah ada, bahkan dibandingkan dengan seorang atlet atau penari balet sekalipun.

Kalau saya lagi sedih, terus kehujanan di jalan, saya jadi senang. Hujan itu kan berkah. Dan buat saya, ketika hujan turun, mungkin Tuhan mengirimkan mereka untuk menemani saya. Mereka selalu datang berkerumun, seperti sekelompok teman yang datang mendinginkan suasana hatimu yang sedang panas. Itulah cara kerja pertemanan dari hujan.

Jadi, berapa lamapun saya sendiri tanpa seorang kekasih, tanpa seorang teman, asal masih bisa menikmati hujan dan berterima kasih kepada Tuhan, saya senang. Karena hujan itu tetap menyenangkan walaupun dinikmati sendirian.

Hiduplah Seperti Bernafas

source : Google


Banyak yang bilang hidup itu susah. Tapi seorang bijak lainnya lebih mengatakan susahnya hidup itu ujian.

Well, saya lihat hidup itu lebih seperti menghirup udara di sekitar. Nggak mungkin kita bisa menghirup 100% Oksigen alami. Ada persentase Karbon Dioksida, bahkan Nitrogen di dalamnya. Apalagi kalau kamu hidup di kota. Semakin banyak gas polutan yang masuk ke paru-parumu.

Ya, mirip dengan hidup. Semakin bertambah usia dan semakin dewasa kamu menjajaki tanahmu, semakin banyak pula masalah yang kamu sesap dalam hidupmu. Mustahil kalau ada orang yang selalu dipenuhi rasa aman dari yang namanya masalah. Karena pada kenyataannya, pergantian detik pun menjadi pertanda sebagai transisi datangnya masalah-masalah baru, bahkan dalam kehidupan seseorang yang ia pikir sangat jauh dari jejak masalah sekalipun.

Jadi, jalanilah hidupmu dan segala kesusahannya seperti bernafas saja. Terima semuanya, lalu saring dengan otak dan kedewasaanmu : mana yang baik dan mana yang buruk untuk dipertahankan dalam paru-paru hidupmu sebelum kamu edarkan sarinya ke seluruh penjuru masa depanmu.

So you guys, happy birthday ! Getting older, getting better :*

Minggu, 30 Januari 2011

Dag-dig-dug


Jadi, deg-degan yang seperti itu—kalau kamu mau tau—masih ada. Masih saya simpan rapat-rapat, terkunci dalam ruang rahasia yang dinamakan hati. Sungguh, hubungi saya saja kalau kamu mau tau bagaimana rasanya. Karena kalau seluruh jagad raya bersedia diam tanpa suara saat kita berpapasan, saat itulah kamu bisa mendengarnya. Mendengar dag-dig-dug yang selalu berusaha keluar tiap melihat kamu walaupun aku menyembunyikannya rapat-rapat.

Maaf

Lagi-lagi saya menyesal terlalu meng-underestimate ­orang lain. Kebiasaan buruk yang selalu terulang. Bersyukur Allah juga selalu cepat-cepat menyadarkan saya :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com