“Kamu
bawa bekal apa?” tanya Mira, sedikit melongokkan kepalanya ke kiri, mengintip
apa yang tertata rapi di balik kotak makan Ema.
“Waaah”
Mata Ema terbelalak, seolah kotak makannya berisi kejutan. “Mama membawakan aku
burgel!” katanya. Sebuah roti bundar dengan isi tersusun rapi telah berjejal di
kotak makan kuningnya. Mama menaruhnya lengkap dengan saus kemasan plastik
kecil. Ukuran sebesar ini, sangat cukup mengganjal perut Ema yang kurus kecil.
“Kamu, Mir?”
Mira
mengerdikkan bahunya, tak tahu sama sekali. Mira menebak, mamanya dan mama Ema
sama-sama suka menaruh kejutan untuk bekal anak-anaknya. Tiap hari menu yang
dibawa tak pernah sama. Mereka kaya bukan main, saat anak lain hanya membawa
bekal nasi-mi-telur, mereka membawa makanan-makanan orang dewasa. “Ayo kita
buka! Satu, dua…” Mira membuka kotak makan birunya pelan-pelan sambil kembang
kempis dadanya menebak-nebak. “Waaah” kali ini ia yang terbelalak.
Ema
mengintip isi kotak Mira. Kue pipih bundar dengan saus dan daging di atasnya.
Ada pula jamur-jamur kecil yang tak kalah seru menghiasi kue itu. “Pisa!”
keduanya berteriak bersamaan. Tawa mereka keras dan bahagia, meski tertelan
habis di udara.
“Kamu
boleh minta burgel aku, tapi aku minta pisa kamu ya”
“Oke!”
Jalanan
lengang di hari libur. Tak ada pendapatan dari mengamen atau menjual koran.
Keduanya masih duduk di trotoar. Masih kusam. Masih menggunakan pakaian kumal.
Masih
bermain peran sebagai dua anak berseragam putih-merah yang bertukar bekal di
jam istirahat sekolah. Merasakannya tak pernah. Kotak bekalnya pun tak nyata.
Jalanan
lengang di hari libur. Di sudut trotoarnya, dua gadis kecil meriangkan diri.
1 komentar:
ijin baca dulu kisah nya
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)