Sabtu, 20 September 2014

Bebas Berpendapat, Bebas Bahagia


Hai.
Begini basa-basinya, saya sedang punya banyak waktu luang di hari-hari saya tanpa melakukan apapun. Terlalu banyaknya waktu luang lama-lama juga bikin bosan dan membuat otak saya bukannya istirahat, tapi justru terus berpikir dan mencari sesuatu yang baru yang bisa menjadi hiburan tersendiri buat saya. Eh, kenapa harus untuk saya saja? Kenapa tidak membuat sesuatu yang baru, yang bisa menghibur orang lain juga?
Maka, terbitlah keinginan untuk iseng-iseng-daripada-menganggur, mendokumentasikan pendapat orang-orang tentang makna bahagia bagi mereka masing-masing. Kenapa saya mengangkat tema bahagia? Karena saya selalu tertarik dengan itu. Bahagia bisa jadi satu perasaan senang tiada tara yang universal. Tapi, bahagia juga menarik karena cukup abstrak pula. Nah, ada jutaan lebih manusia di sekitar kita, tapi apa iya bahagia versi saya sama dengan bahagia versi kamu?
Beberapa orang mengeluh hidup beratlah, hidup ini, hidup itu. Jadi, kapan terakhir kali mereka bahagia? Saya penasaran sekali, jenis penasaran yang asyik untuk ditemukan jawabannya. Saya sendiri juga pernah merasa monoton. Tapi kemudian saya share ke teman saya dan dia bilang saya hanya kurang bersyukur.
Masuk akal. Apa yang sehari-harinya kita anggap sebagai peristiwa yang wajar terjadi dan bahkan menjadi rutinitas kita sehingga kadang kita tak terlalu menaruh perhatian lebih pada hal itu, siapa tahu justru punya nilai kebahagiaan untuk orang lain. Contoh ekstrimnya, kita bisa tinggal di rumah, datang dan pergi sesukanya karena itu rumah (orang tua) kita sendiri. Tapi di luar sana, ada yang masih bertahan dengan mengontrak rumah bertahun-tahun, sehingga memiliki rumah sendiri—pastinya—adalah hal yang membahagiakan nantinya.
Karena itulah tema ini jadi menarik buat saya. Mungkin kadang saya dan teman-teman yang lain masih kurang bersyukur saja. Jadi, muncullah ‘Bebas Bahagia’ yang nantinya akan menjadi wadah berbagi tentang konsep kebahagiaan bagi kalian. Kenapa ‘Bebas Bahagia’? Karena saya ingin menampung pendapat kalian sebebas-bebasnya. Bahagia kan subjektif, bukan normatif.
Tentunya, saya tidak bisa berdiri sendiri di sini. Partisipasi kalian untuk berpendapat justru akan menghidupkan wadah ini. Caranya mudah. Laki-laki dan perempuan dari kalangan usia berapapun boleh ikut berpendapat. Tinggal klik dan isi form pada link di bawah ini:


Yang membuat kegiatan ini agak asyik dan bisa dinikmati banyak orang, adalah keberadaan ‘Bebas Bahagia’ sebagai akun instagram. Selama ini instagram dikenal sebagai salah satu jejaring sosial di mana kita bisa berbagi melalui foto dengan berbagai tujuan, misalnya pamer kegiatan, berbagi foto traveling, atau ‘jualan kakak’. Maka, saya akan membuatnya agak berbeda. Tak hanya foto yang akan berbicara, tetapi pendapat kalian pun akan turut dibaca.
Maka dari itu, kurang meriah rasanya kalau cuma berpendapat tanpa menyajikan foto kalian, mengingat ‘Bebas Bahagia’ akan dibagikan melalui instagram. Untuk melengkapinya, setelah mengisi form di atas, bolehlah saya minta tolong kalian untuk mengirim foto diri. Satu saja dan jangan merasa keberatan.
Foto yang diharapkan adalah foto dengan posisi portrait setengah badan (kepala hingga dada) dengan pose bebas. Ribet? Tidak juga ah. Tak perlu yang high quality, semaksimal kualitas kamera HP yang kalian punya pun saya terima.Foto bisa dikirimkan via email ke bebasberbahagia@gmail.com dengan subjek nama lengkap kalian. Jangan merasa ribet karena sesungguhnya ini menyenangkan!
Nantinya, baik foto maupun pendapat kalian akan saya share di instagram @bebasbahagia. Semakin banyak yang berpartisipasi, semakin banyak yang tertolong untuk tidak banyak-banyak mengeluhkan hidupnya. Bebas bertanya di kolom komentar postingan ini ya, siapa tahu penjelasan saya agak susah dipahami.
Mudah kan? Berbagi itu menyenangkan. Selamat berbahagia!

Rabu, 03 September 2014

Pohon dan Harimau


Aku meliarkan segala rasa takut tentangmu. Mereka seperti harimau-harimau ganas yang taringnya siap mencabik-cabik. Di mataku, kau bisa melihat mereka berlarian menuju sarang gelap. Tak seorang pun di sana, begitu pula aku. Sebab bukan lagi aku yang punya kuasa untuk menyelamatkan rasa takut ini. Harimau-harimau kelaparan. Sedangkan kau adalah hutan. Kau adalah pohon-pohon. Tempat sebuah ketersesatan terjadi padaku. Kau hutan tempat harimau tak dapat menemukan persediaan makanan. Di dalammu harimau berlari. Dan kau tetap menjulang tinggi, menutupi cahaya-cahaya yang hendak masuk. Membiarkan harimau berjalan lelah pada labirinmu.
Bisakah kita kembali menjadi manusia-manusia.
Dan aku tak lagi penuh akan rasa takut. Tak lagi menjadi harimau.
Kau tak lagi menjadi hutan. Dan pohon-pohon.
Kita membenci perumpamaan ini.

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com