Senin, 30 April 2012

Mei

photos from tumblr, edited  by me


Besok sudah Mei.

Saya nggak punya rencana apapun selain nonton film Modus Anomali dan berkutat dengan kesibukan sesibuk-sibuknya. Kebetulan, saya menjadi panitia di tiga acara sakral tahunan Psikologi Unair tahun ini. Sebagai anggota Sie Tenis Meja di PsychoCup2012 yang sedang berjalan, lalu anggota Sie Perlengkapan Student Day 2012 yang merupakan rangkaian orientasi mahasiswa baru, dan sebagai anggota Sie Pubdok PsychoFest 2012. Tiga-tiganya sedang berjalan beriringan dalam proses, walaupun pelaksanaan Student Day dan PsychoFest masih terhitung lama.
Ah iya, tugas kuliah! Masih ada tugas lanjutan Tes Prestasi, Eksperimen yang supernjelimet, persiapan observasi lapangan Psikologi Pendidikan, persiapan wawancara Kode Etik, juga Bab 1 dan Bab 2 skripsi untuk Dasar Metode Penelitian. Entah apa yang belum disebut. Ibarat bayi yang sedang dalam masanya susah makan tapi terus dijejali bubur oleh sang ibu, saya ingin muntah.
Lalu, beberapa rencana iseng dari beberapa teman nggak dinyana datang tiba-tiba. Rencana iseng yang serius, kapan-kapan saja ceritanya. “Semoga terlaksana dengan baik dan lancar”, adalah doa saya berikutnya. Aamiin.
Lalu berharap, banyak kejutan di bulan Mei.
Oiya, sama minta satu, semoga Mei ini Surabaya sedikit lebih redup cuacanya.
Selamat Mei, selamat bertugas, selamat dikagetkan dengan banyak hal, selamat semangat, selamat sibuk, selamat bahagia!

Kata





Hitung nafas yang kelak berat
Kau ‘kan sakit dan pergi
Tanpa waktu yang pasti

Selamanya, selamanya

Melawan hati yang tak pernah padam
Akan hilang..
Ucapkan maaf
Dan kau pun ‘kan tetap disini

Selamanya, selamanya


-Kata, The Trees And The Wild-

Sabtu, 28 April 2012

Malam-Malam


source : tumblr


Oh, aku seperti malam yang merekah di dalam detak jantung yang mencipta irama. Pergerakan debar dan degup. Juga seperti debu-debu merah muda yang mengetuk-ketuk seantero udara. Trotoar kita jalani tanpa bosan, tanpa mau tahu di ujung yang mana kita akan menyinggahkan kaki kita untuk berhenti. Dan temaram lampu membius hingar-bingar jalan menjadi malam yang melankolis. Sesaat minus di mataku bepergian, entah ke mana. Jelas kulihat segala senyummu yang berpendar.
Jelas kulihat bahagia macam apa yang aku, dan kau, bagikan.

Selasa, 24 April 2012

Siapa? Aku


Mereka begitu riuh, berderet membentuk baris-baris rapi di halamanku. Ada yang sendiri, ada yang berdua, ehm, berpacaran kubilang. Yang sendiri berdiri di baris terdepan, yang berpacaran bergandeng mesra di barisan berikutnya.
Mereka mengantre tiap hari di sana. Jangan tanyakan mengantre untuk apa. Terlalu kompleks jika diceritakan. Hanya saja, mereka menunggu gilirannya tiba. Masing-masing mendapat jatah dua puluh empat jam untuk menemani harimu, untuk menentukan segala pertanyaan “kapan”.
“Kapan terakhir kali kamu check-up?”
“Kapan peristiwa bom Hiroshima-Nagasaki terjadi?”
“Kapan kamu putus dengan pacarmu?”
“Kapan UTS-mu berakhir?”
Dan segala “kapan” lainnya. Mereka penentu, tapi tak perlu kau gantungkan hidup pada mereka. Mereka hanya atribut di harimu. Tapi, aku lebih suka menyebut mereka pelengkap. Kulihat setianya mereka berdiri menahun di halamanku. Mereka mendahului keusanganku. Dua puluh empat jam yang kurasa begitu lama, tak ubahnya dengan cepat mengasingkan  mereka ke masa lalu.
Bicara apa aku ini. Toh, aku juga masih tergantung di tembok-tembokmu bersama sejuta memori dalam pigura yang terpajang rapi di sekitarku. Tergantung setahun. Mana yang lebih capek? Aku, atau hubunganmu yang masih tak jelas dengan calonmu? Aku, Si Kalender.
Tapi aku tak pernah komplain. Kunikmati proses menua bersamamu.
Belum sadar, ya? Bersyukurlah. Ketika tanggal 1 berakhir, masih kusisakan dua puluh sembilan lainnya untuk kau lewati. Belum lagi bulan-bulan di halaman-halamanku berikutnya. Gratis.
Ah, tidak juga. Tergantung negosiasiku dengan Tuhan. Tergantung jatah usiamu. Tapi setidaknya, ada aku. Pengingatmu untuk tak terus terlena dengan hari yang sia-sia. Banyak yang harus dikejar.

Minggu, 22 April 2012

Semu


Seberapa mampu kita menjangkah apa yang ingin kita miliki? Kita bukan akar, yang mencengkeram tanah-tanahnya sekuat tenaga selamanya hanya karena dia yakin tanpa tanah tak akan bisa hidupnya berlangsung lama.
Aku mempelajarinya beberapa waktu lalu, bahwa yang abadi itu tidak ada, sekeras apapun kita berusaha mengadakan dan mempertahankan apa yang patut kita miliki hingga dua puluh, empat puluh, atau seminimal dua tahun lagi. Begitu juga dengan ingatan. Mereka itu semu. Aku semu,  yang tak akan kekal di pikiran siapapun. Juga kau, dia, dan segala yang ada.
Karena, pada akhirnya kita akan lupa. Waktu adalah sesederhana faktor usia yang tak bisa kita elak. Kau akan lupa, untuk apa kau terus melangsungkan hidupmu demi pekerjaan yang menyiksa. Kau akan lupa, siapa yang pernah menolongmu waktu kesusahan. Kau akan lupa apa makanan favoritmu sementara lidahmu tak lagi peka merasa. Aku pun, akan lupa bagaimana aku bisa seantusias ini dengan harapan-harapanku. Dan kita juga akan lupa, apakah kita masih perlu alasan untuk menghidupi hidup yang kita jalani dengan stagnan dan mengikuti arus saja.
Dan seiring dengan itu, kita bahkan tak akan lagi mengenal siapa diri kita, bahkan setelah kita berbangga hati telah menemukan yang dikata jati diri.

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com