Rabu, 15 April 2015

Monolog



Kita menanam benci seperti menanam mawar. Sebab kebaikan-kebaikan telah lama mati. Terdampar lemas menguning seperti rumput-rumput yang tadinya tegak berdiri tak ada tandingan.
Kita menanam benci seperti menanam mawar. Merawatnya dengan hati-hati, berharap kebencian tak lantas mati. Menumbuhkan dendam penuh strategi, rapi dan cantik. Namun, tetap saja. Mawar seperti benci, durinya melukai.
Saat kita sadar, kita lemas dan cemas.
Menjadi yang patut namun mati cepat.
Atau yang hanya terlihat memikat namun layak dihujat.

1 komentar:

Elia Bintang mengatakan...

Karena kita tak pernah sekuat itu. Kita bahkan kalah dari melati yang tetap putih dalam terik mentari. :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com