Tidakkah harimu menjadi
begitu biasa, pada hal-hal yang itu-itu saja? Perihal hitam dan putih yang
monoton. Juga hari-hari dan peta hidup, serta rutinitasmu yang datar-datar
saja. Tak pernah ada ombak di pantaimu yang terlampau tenang. Tak ada air yang
meloncat tinggi, gagah menggerus batu-batu karang. Tak ada kerumunan burung
yang kembali ke rumah saat malam tiba. Tak ada putih awan menggumpal di langit
yang biru, yang bersih-bersih saja.
Semua yang kau lalui hanya satu alinea
yang begitu biasa.
Lalu kau mencari sesuatu.
Sesuatu.
Se-su-a-tu.
Yang kau cari pada diri-diri mereka yang
bergantian kau sebut sebagai ‘seseorang’-mu. Hanyut di gelak, tenggelam di
tawa. Beradu nasib pada perjudian di malam panjang, mengenai penerimaan atau
penolakan.
Tak pernah kau sangka akan begini
jadinya. Hidupmu yang hitam dan putih, tak bercelah untuk diberi warna. Tetap
monoton. Tetap ada kekosongan yang menganga, gaduh yang tercuri dan belum
dikembalikan oleh entah siapa. Tak ada yang menopang di nadimu, jantungmu,
hatimu. Kau serupa pelamun ulung, yang memenangkan perlombaan tatapan kosong. Melangkah
begitu saja, mencari sesuatu yang tak lihai kau ketahui.
Kau tahu betul rasanya. Kau mengerti
betul bagaimana sepinya.
Berangkat bernyawa, lalu pulang dalam
keadaan lupa meninggal nyawa di mana.
Hambar. Kau adalah kekosongan
abadi. Pencarianmu
pada sesuatu yang kau kira bermuara pada seseorang, berakhir pada status gagal.
Selamat malam, selamat mendengkur
kelelahan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)