Halo, Pa.
Pa, Papa tidak akan mengerti bagaimana gaduhnya perasaan ini melihat wajah letihnya. Mengangkat beban sebegitu banyaknya, di mana aku menjadi salah satunya.
Pa, aku meliriknya diam-diam ketika ia sedang memanjatkan doa-doa. Tak kulihat matanya beralih dari satu fokusnya. Ada namaku terucap di sana, berkali-kali. Mungkin sebab aku beban terbesar yang sedang ditanggungnya.
Satu lagi kesulitan datang, untukku, tapi lagi-lagi ia yang menepisnya kuat-kuat. Namun, justru pada detik itu lemahnya mulai kentara: sebuah ketakutan luar biasa. Lalu aku turut menjadi lemah pula atas segala rasa bersalah pada ketidakmampuanku menjaganya dengan baik sedangkan ialah yang tega meluruhkan waktunya demi menjagaku.
Wajah itu, Pa, yang menjaga tidurmu dengan tenang dalam kematian yang perlahan-lahan merabamu kala itu, sedang mengkhawatirkanku dalam batas ambang yang ikut membuatku takut luar biasa.
Takut dengan ketakutannya.
Takut menyia-nyiakan banyak hal tentangnya.
Andai Papa di sini.
Sabtu, 27 April 2013
Penakut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)