Kinar
menggapai-gapai dinding-dinding berlendir warna merah bata. Lebih mirip
selaput. Robekan kecil akan bisa mengeluarkan Kinar dalam sekejap. Ia lupa
sekali, apa yang diperbuatnya sebelumnya, di mana tempat ia terkungkung saat
ini.
Bau
anyir seperti luka. Merah bata seperti darah mengering. Berapa kalipun Kinar
mencoba memanjat dinding-dinding itu, kakinya tergelincir jauh, terperosok
masuk ke bagian yang semakin gelap.
***
Bima
tertawa lepas. Sudah khatam ia berjanji, menaruh Kinar di hatinya. Semakin
dalam Kinar melukai, semakin serius Bima mencintai.
2 komentar:
saya suka cerita pendek ini :)
Saya suka tulisan kamu juga Mbak :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)