Hai.
Begini
basa-basinya, saya sedang punya banyak waktu luang di hari-hari saya tanpa
melakukan apapun. Terlalu banyaknya waktu luang lama-lama juga bikin bosan dan membuat
otak saya bukannya istirahat, tapi justru terus berpikir dan mencari sesuatu
yang baru yang bisa menjadi hiburan tersendiri buat saya. Eh, kenapa harus
untuk saya saja? Kenapa tidak membuat sesuatu yang baru, yang bisa menghibur
orang lain juga?
Maka,
terbitlah keinginan untuk iseng-iseng-daripada-menganggur, mendokumentasikan
pendapat orang-orang tentang makna bahagia bagi mereka masing-masing. Kenapa
saya mengangkat tema bahagia? Karena saya selalu tertarik dengan itu. Bahagia
bisa jadi satu perasaan senang tiada tara yang universal. Tapi, bahagia juga
menarik karena cukup abstrak pula. Nah, ada jutaan lebih manusia di sekitar
kita, tapi apa iya bahagia versi saya sama dengan bahagia versi kamu?
Beberapa
orang mengeluh hidup beratlah, hidup ini, hidup itu. Jadi, kapan terakhir kali
mereka bahagia? Saya penasaran sekali, jenis penasaran yang asyik untuk
ditemukan jawabannya. Saya sendiri juga pernah merasa monoton. Tapi kemudian
saya share ke teman saya dan dia
bilang saya hanya kurang bersyukur.
Masuk
akal. Apa yang sehari-harinya kita anggap sebagai peristiwa yang wajar terjadi
dan bahkan menjadi rutinitas kita sehingga kadang kita tak terlalu menaruh
perhatian lebih pada hal itu, siapa tahu justru punya nilai kebahagiaan untuk
orang lain. Contoh ekstrimnya, kita bisa tinggal di rumah, datang dan pergi
sesukanya karena itu rumah (orang tua) kita sendiri. Tapi di luar sana, ada
yang masih bertahan dengan mengontrak rumah bertahun-tahun, sehingga memiliki
rumah sendiri—pastinya—adalah hal yang membahagiakan nantinya.
Karena
itulah tema ini jadi menarik buat saya. Mungkin kadang saya dan teman-teman
yang lain masih kurang bersyukur saja. Jadi, muncullah ‘Bebas Bahagia’ yang
nantinya akan menjadi wadah berbagi tentang konsep kebahagiaan bagi kalian.
Kenapa ‘Bebas Bahagia’? Karena saya ingin menampung pendapat kalian
sebebas-bebasnya. Bahagia kan subjektif, bukan normatif.
Tentunya,
saya tidak bisa berdiri sendiri di sini. Partisipasi kalian untuk berpendapat justru
akan menghidupkan wadah ini. Caranya mudah. Laki-laki dan perempuan dari
kalangan usia berapapun boleh ikut berpendapat. Tinggal klik dan isi form pada link
di bawah ini:
Yang
membuat kegiatan ini agak asyik dan bisa dinikmati banyak orang, adalah
keberadaan ‘Bebas Bahagia’ sebagai akun instagram. Selama ini instagram dikenal
sebagai salah satu jejaring sosial di mana kita bisa berbagi melalui foto
dengan berbagai tujuan, misalnya pamer kegiatan, berbagi foto traveling, atau ‘jualan
kakak’. Maka, saya akan membuatnya agak berbeda. Tak hanya foto yang akan
berbicara, tetapi pendapat kalian pun akan turut dibaca.
Maka
dari itu, kurang meriah rasanya kalau cuma berpendapat tanpa menyajikan foto
kalian, mengingat ‘Bebas Bahagia’ akan dibagikan melalui instagram. Untuk
melengkapinya, setelah mengisi form di atas, bolehlah saya minta tolong kalian
untuk mengirim foto diri. Satu saja dan jangan merasa keberatan.
Foto
yang diharapkan adalah foto dengan posisi portrait setengah badan (kepala
hingga dada) dengan pose bebas. Ribet? Tidak juga ah. Tak perlu yang high quality, semaksimal kualitas kamera HP yang kalian punya pun
saya terima.Foto
bisa dikirimkan via email ke bebasberbahagia@gmail.com
dengan subjek nama lengkap kalian. Jangan merasa ribet karena sesungguhnya ini
menyenangkan!
Nantinya,
baik foto maupun pendapat kalian akan saya share di instagram @bebasbahagia.
Semakin banyak yang berpartisipasi, semakin banyak yang tertolong untuk tidak
banyak-banyak mengeluhkan hidupnya. Bebas bertanya di kolom komentar postingan
ini ya, siapa tahu penjelasan saya agak susah dipahami.
Mudah
kan? Berbagi itu menyenangkan. Selamat berbahagia!