Perempuan
itu, alisnya disulam. Cokelat tua, tebal di pangkal, dan berujung tipis. Entah
hanya aku atau yang lain pun telah ramai membicarakannya, kanan dengan kiri tak
simetris. Sedikit lebih naik pada alis kanan. Sedikit sekali, nyaris tak ada
beda. Ibaratnya, sembilan puluh sembilan persen sulam alisnya dilakukan dengan
sempurna. Satu persennya, bisa jadi Sang Teknisi Alis mengerjakannya sambil menguap
sebentar setelah lama berkonsentrasi. Sekali menguap dan kesempurnaan itu tahu-tahu
bubar jalan.
Meski
sangat sedikit kurang sempurna, alisnya lah yang menyedot banyak perhatian.
Alis baru. Kecantikan baru. Sementara para lelaki terus terkesima tanpa tahu
apa yang berubah dari dirinya, para perempuan sibuk mengaitkan fenomena sulam
alis yang dilakoninya sebagai susuk pemikat.
Aku
sendiri tak pernah peduli mana yang lebih tepat. Yang aku tahu, Si Gadis tak
hanya menyulam alisnya. Lidah dan air matanya itu, pun hasil sulaman. Agar bisa
berkata menjauhi apa yang nyata, dan pura-pura berlinang kesedihan hanya untuk
meraup perhatian.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)