Untuk itulah Kirana—yang begitu yakin dengan
dua hal: pertama, tentang adanya kehidupan kedua setelah manusia menjadi jasad;
kedua, bahwa kehidupan keduanya jutaan kali lipat lebih hebat dari yang ia
miliki sekarang—menanggalkan semua pakaiannya dan menyelam. Ditenggelamkannya dirinya
ke samudera, pada satu dini hari yang sunyi dan gelap pekat. Hanya telinga dan
kulitnya dua indera yang diandalkannya saat ini untuk memastikan sejauh apa
dirinya telah menyelam. Seberhasil apa dirinya telah tenggelam.
Pada titik jenuh terendah, yang Kirana
inginkan hanya satu, yakni agar lebur jiwanya dan terlahir baru. Di balik
ketidakmampuannya untuk berenang, hatinya mewanti-wanti kepada Tuhan agar tak
mati dengan rasa sakit akibat air menyesaki paru-parunya. Agar ruhnya segera
berpindah ke janin tiga bulan yang tengah dikandung seseorang.
Kirana siap menjadi seseorang yang baru
demi meninggalkan abu masa lalunya yang tak kalah sunyi seperti pukul satu dini
hari. Perkara Surga atau Neraka, dipikirnya nanti saja.
Empat hari kemudian, seorang wanita
ditemukan mengapung di perairan tanpa sehelai pakaian, tanpa selembar identitas
apapun. Media menghimbau warga sekitar dan sekitarnya sekitar untuk segera
melapor jika ada keluarganya yang menghilang.
Tapi,
Tak ada yang peduli dengan Kirana yang
malang.
Pun nasib ruhnya terkatung-katung—tak ada
yang tahu pasti ke mana Tuhan memberi rujukan kepada ruhnya untuk pergi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)