Sembari
dininabobokan oleh waktu, kepalanya dirajam oleh pikiran-pikirannya sendiri.
Tentang bagaimana semestinya jika bla-bla dan bla. Matanya tak pernah
benar-benar terlelap ketika malam. Bahkan suara udara yang mengapung bebas di
ruangan pun terasa bisa didengarnya.
Runyam, batinnya.
Entah mengatakan untuk apa atau untuk siapa.
Bisa
jadi, untuk pekerjaannya yang tak terselesaikan akhir-akhir ini sehingga memantik amarah-amarah baru dan
menciptakan karakter-karakter monster baru di lingkungannya. Sehingga—sekali lagi—ia membatin satu
kata runyam.
Atau
untuk kisah cintanya yang tak pernah berakhir dengan sebuah perayaan atau
penyelenggaraan kecil seperti hari jadi atau yang lainnya. Sehingga—lagi-lagi sehingga—ia
membatin satu kata runyam.
Atau
untuk—apa saja bisa. Sebab kau tahu bahwa—seperti yang telah kutulis di awal—kepalanya
sedang dirajam oleh pikiran-pikirannya sendiri.
Sementara
di luar jendela kamarnya, kembang api bertaburan. Melesat jauh ke angkasa tanpa
suara. Sebab sejelas-jelasnya suara yang memenuhi isi dirinya saat ini hanyalah
suara udara yang mengapung di ruangannya. Juga suara pikiran-pikiran yang turut
merunyamkan kepalanya sendiri.
2 komentar:
Hi pus :) masih rajin nulis pus? :)
Penurunan kualitas bung, hahaha
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)