Seberapa
mampu kita menjangkah apa yang ingin kita miliki? Kita bukan akar, yang
mencengkeram tanah-tanahnya sekuat tenaga selamanya hanya karena dia yakin tanpa tanah
tak akan bisa hidupnya berlangsung lama.
Aku
mempelajarinya beberapa waktu lalu, bahwa yang abadi itu tidak ada, sekeras
apapun kita berusaha mengadakan dan mempertahankan apa yang patut kita miliki
hingga dua puluh, empat puluh, atau seminimal dua tahun lagi. Begitu juga
dengan ingatan. Mereka itu semu. Aku semu,
yang tak akan kekal di pikiran siapapun. Juga kau, dia, dan segala yang
ada.
Karena,
pada akhirnya kita akan lupa. Waktu adalah sesederhana faktor usia yang tak
bisa kita elak. Kau akan lupa, untuk apa kau terus melangsungkan hidupmu demi pekerjaan yang menyiksa. Kau akan lupa, siapa yang pernah menolongmu waktu kesusahan. Kau
akan lupa apa makanan favoritmu sementara lidahmu tak lagi peka merasa. Aku
pun, akan lupa bagaimana aku bisa seantusias ini dengan harapan-harapanku. Dan kita juga akan lupa, apakah kita masih perlu alasan untuk menghidupi hidup yang kita jalani dengan stagnan dan mengikuti arus saja.
Dan
seiring dengan itu, kita bahkan tak akan lagi mengenal siapa diri kita, bahkan
setelah kita berbangga hati telah menemukan yang dikata jati diri.
3 komentar:
Hmm, menjangkah apa menjangkau ya? Kira-kira saya memang belum tahu artinya atau memang ada typo? Hehehe. Salam.
welcome back :) been waiting for a month, lol xD
menurut saya, malah ada beberapa ingatan, yang masih terekam dengan sangat jelas, setiap detailnya, setiap detiknya, terperangkap dalam memori. ingatan yang ingin dihilangkan. tapi tak juga hilang.
@Ayu : bukan typo, sering dipakai di banyak tulisan. kalau tidak salah artinya semacam menjejak, atau melangkah :)
@Ndoth : hahaa thanks Ndoth :3
Hmm agak repot untuk orang kayak saya yang pelupa parah. hari ini bisa saya marah-marah, emosi meluap-lupa sampai nangis sesenggukan. besoknya saya sudah lupa alasan-alasan kenapa saya semarah itu :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)