The
Founders’ View of The Self and The Self as the Tendency for Growth
Self merupakan
topik yang penting selama periode awal dari sejarah psikologi. Munculnya
behaviorisme pada tahun 1920an membuat disiplin tersebut mulai meninggalkan
perhatiannya terhadap self (Epstein,
1980). Pengenalan kembali self ke
dalam teori psikologi diperlukan untuk dapat memahami kehidupan manusia. Self menjadi landasan dari pandangan
tentang perkembangan dari kemungkinan-kemungkinan yang melekat pada eksistensi
manusia, serta proses dimana beberapa perubahan positif terjadi pada
psikoterapi mereka terhadap klien.
Pandangan
pencetus mengenai self adalah adanya pola dari perubahan. Rogers berpendapat
bahwa semua makhluk hidup memiliki pola dasar dari perubahan dinamis yang berfungsi
untuk membawa mereka ke arah perkembangan yang utuh dan matang. Pada manusia,
pola ini bersifat bawaan dan tidak hanya mencakup pertumbuhan fisik seseorang
tetapi juga pertumbuhan psikis ke arah potensi yang unik dan utuh, yang melekat
pada diri individu. Self merupakan dorongan
untuk mengaktualisasikan keutuhan seseorang, seiring dengan kebutuhannya untuk
diterima oleh orang lain.
Dalam
empat dekade sejak pendiri psikologi humanistik memperkenalkan gagasan mereka
tentang self, psikologi akademik
telah lebih dulu mengalihkan perhatian pada fungsi mental dan kognisi, dan filsafat
telah mengambil tema postmodern. Konsep tentang diri adalah
representasi mental dari diri seseorang. konsep diri seseorang dapat menjadi
selaras atau tidak selaras dengan diri yang sebenarnya
Tidak Adanya “Self” pada Filsafat Postmodernisme
Pandangan postmodernis mengatakan bahwa meskipun seseorang memiliki konsep diri, tidak ada
konsep yang mengacu
pada diri
mereka, dengan kata lain, konsep tersebut merupakan konsep
kosong.
Tema
utama pada pemikiran postmodern adalah pikiran merupakan refleksi dari bahasa
seseorang, bukan merupakan objek dari dunia. Jadi, meskipun ada kata self, tidak berarti bahwa di dunia ini
ada yang disebut dengan self.
Penulis postmodern membatasi konsep tentang self. Karena self-concept merupakan produk budaya, self-concept berbeda-beda berdasarkan periode sejarah dan kultur
lokal dimana manusia tinggal. Ahli postmodern mengajukan bahwa konsep tentang self sangat relatif. Pengertian manusia
tentang dunia adalah fungsi dari kultur yang berbeda menurut skema
interpretative, dan pemikiran dan aksi mereka selalu dimediasi dan dikonstruksi
melalui skema-skema yang ada.
Self-Knowledge Neisser
Teori Neisser menyatakan bahwa self adalah keseluruhan dari manusia
dilihat dari sudut pandang tertentu. Neisser fokus pada perbedaan bentuk
informasi yang dialami oleh self.
Neisser mengidentifikasi lima aspek, yaitu the
ecological self, the interpersonal self, the extended self, the private self, dan
the conceptual self.
The
ecological self adalah
pengertian self yang berkaitan dengan
lingkungan fisik dan efek yang dihasilkan pada lingkungan itu sendiri. “Saya
adalah seseorang di tempat ini, sedang melakukan aktivitas tertentu” (Neisser,
1998, p. 36). Pengetahuan dari interpersonal
self diinformasikan secara langsung melalui pengalaman emosional dan
komunikasi langsung yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Pengalaman
ekologis dan interpersonal yang dialami individu akan terus berlangsung selama
hidup individu tersebut.
Tiga tipe informasi lainnya diperoleh dari
pemikiran reflektif manusia. The extended
self didasarkan oleh ingatan personal dan impian masa depan. The private self merupakan kesimpulan
dari pengalaman unik yang dirasakan individu, yang tidak dirasakan oleh orang
lain. The conceptual self adalah apa
yang dipercaya oleh individu mengenai dirinya sendiri.
Lakoff and Johnson's Philosophy of the Flesh
Lakoff dan Johnson (Lakoff, 1987; Lakoff & Johnson
1980, 1981, 1999) membedakan dua generasi dalam pengembangan pengetahuan ilmiah
kognitif. Generasi pertama yang dikembangkan sekitar tahun 1950 dan 1960 sama
seperti psikologi humanistik, sebagai pergerakan untuk memperbaiki
ketergantungan psikologi terhadap pemahaman behavioris tentang manusia.
Generasi kedua dari pengetahuan ilmiah kognitif yang
muncul sekitar tahun 1970 diragukan oleh gagasan bahwa pikiran tidak
terpengaruh oleh tubuh dan tidak diperintahkan menurut pola-pola logika formal.
Lakoff dan Johnson (dalam Schneider, et.al, 2001)
mengungkapkan bahwa pikiran berhubungan dengan tubuh dan gagasan kebanyakan
terjadi secara tidak sadar. Mereka menyatakan bahwa gagasan tidak berhubungan dengan
alam pemikiran, sebaliknya itu adalah sebuah aktivitas dari tubuh itu sendiri.
Gendlin's Intricacy and Self
Gendlin berfokus pada hubungan antara pengalaman dan
konsep yang digunakan untuk menyusun pengalaman.
Dia menyatakan bahwa pengalaman bukan merupakan struktur
yang dikenakan secara budaya, sebaliknya pengalaman adalah hasil dari interaksi
yang lebih mendasar antara orang dan dunia.
Proses experiencing
adalah interaksi kita terhadap
situasi dalam kehidupan dan pemaknaan secara jasmani bahwa situasi tersebut ada
untuk kita. Pengetahuan terhadap diri adalah pengetahuan yang dirasakan oleh tubuh, bukan susunan
konseptual. Self atau diri adalah hubungan
yang secara kompleks terjalin dalam pengalaman interaksi seseorang yang ada
antara orang tersebut dengan dunianya.
Konsep Naratif ‘Diri’ Ricoeur
Ricoeur memiliki dua jenis konsep diri, yaitu: (1) konsep paradigmatic,
menggambarkan acuan mereka sebagai kategori suatu hal, misalnya pemahaman
konseptual diri seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, tinggi atau pendek,
dan sebagainya. (2) konsep naratif, bersifat terstruktur, menampilkan proses
dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu (Polkinghorne, dalam Schneider,
2001).
Menurut Ricoeur, naratif atau cerita merupakan bentuk
linguistik yang paling mendistorsi pengalaman temporal. Konsep diri menjadi
terwujud dalam tindakan seseorang sebagai pribadi yang berkembang kisah
hidupnya menuju satu tahap di mana potensi yang melekat dalam sebuah pengalaman
ditunjukkan dalam tindakan seseorang (Schneider, 2001).
Sumber: Schneider, K., Bugental, J.F.T, Pierson,
J.F. (2001). Handbook of Humanity
Psychology. Sage Publication.
Disusun Oleh:
Ria D. J. (111011061) | Ferina O.
D. (111011086) | Kamelia W. (111011139) | Esti K. (111011159) | Putri P. S. (111011167)
Kelas A / Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya
2013
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)