Selasa, 11 Juni 2013

Makan Pagi


Aku selalu menanyakan beberapa hal ini dalam hati: bagaimana bisa cairan kuning dan putih dapat tumbuh menjadi calon ayam? Bagaimana bisa cangkang sekecil ini mampu menyimpan tubuh seekor anak ayam? Jika kupecah cangkangnya, lalu kupindahkan isinya ke dalam plastik dan menaruhnya di tempat yang hangat, apakah mereka masih bisa berubah menjadi ayam?
Siapa yang berkonspirasi di balik perubahan cairan menjadi benda padat berwujud makhluk bernama ayam ini? Kudengar-dengar, namanya Tuhan. Siapa itu Tuhan?
Ck, aku selalu melamun seperti ini ketika menghabiskan pagiku di dekat peralatan memasak. Spatulaku tangkas membalik telur mata sapi yang mulai matang bagian bawahnya. Memasak telur seperti ini kadang terasa melelahkan. Sebentar lagi aku akan istirahat. Sebentar lagi, setelah telur kelima belas ini matang.
Persediaan telur ayam di rumah kami sangat banyak. Di dalam kulkas, di keranjang-keranjang kecil, bahkan di atas kursi. Sangat banyak, sampai-sampai suamiku begitu takut kalau-kalau mereka menetas tiba-tiba.
“Cepatlah!” di meja makan, suamiku mulai berkokok. Kubawa kelima belas piring telur mata sapi sesegera mungkin. Pagi ini, sekali lagi, kami melahap habis calon anak-anak kami.
Sebab kami hanya belum siap memiliki anak.
Lagipula, mereka begitu lezat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com