Di
depan televisi, aku duduk mengamati. Satu per satu, satu persatu, dari belasan
bahkan puluhan program-program yang membunuh keji idealisme dalam tempurung
kepala hingga nyaris mati hangus. Oh, sore-sore tak ada yang menarik selain
menyaksikanmu bernyanyi, berdendang merdu seperti ingin dikagumi. Tapi, kau di
televisi dan aku di sini. Sorak sorai hatiku dan binar-binar mataku tak akan
bisa kau saksikan. Kecuali jika tiba-tiba kau datang dalam acara reuni tahunan
yang tak pernah absen diselenggarakan almamater sekolah kita.
Kecuali
jika tiba-tiba kau mengingat namaku.
Kecuali
jika tiba-tiba...
Tapi
kau di televisi, dan aku di sini.
Terang
benderangnya ruanganku saat menyaksikanmu bahagia dengan
ketenaranmu, tak akan bisa kau saksikan.
1 komentar:
:)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)