Di kereta, ada perasaan-perasaan yang berjalan bergegas untuk segera dipastikan. Perasaan yang berdenyut-denyut sepanjang nadi rel kereta
“Kita tak ada tujuan”, katanya. Tapi, kau tahu betul tangannya masih di sana: di genggaman tanganmu sejak memasuki gerbong hingga lima puluh menit penuh jeda yang berlalu.
Tak ada getir yang lebih terkoyak dari ini, kau dibawanya dengan mesra menuju sesuatu yang tak pernah pasti. Menuju puluhan gerbong kereta api, menuju puluhan tempat pemberhentian sementara untuk melanjutkan ketidakpastian kembali.
Pada stasiun berikutnya, yang ingin kau lakukan hanya satu: turun dan melambaikan tangan. Karena hidupmu telah terlalu banyak dipenuhi oleh persinggahan-persinggahan, juga bising lalu dan lalang persimpangan. Sedang kau begitu lelah dan ingin melangkah keluar saja.
Kau tahu? Turunlah, berhentilah jika ingin. Kau tak lagi perlu puluhan perjalanan.
Kau tahu?
Di sini, ada aku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)