Hujan
belum datang. Belum mampir di ladang para petani yang memohon kepada Tuhan agar
kemarau panjang lekas pulang, agar tumbuh tak sia-sia semua benih yang telah tertanam.
Hujan
belum datang. Belum mampir di jalanan ibukota yang panasnya mulai meranggas
semangat para penghuninya. Berbagai keluh juga kesah melayang-layang di pengap udara.
"Hujan
belum datang", ujarku lirih. Belum mampir di pelataran rumahku, meski telah
empat jam aku resah menunggu sambil menggenggam secarik kertas warna toska bertuliskan
‘undangan’.
Hujan
belum datang. Tuhan hanya belum menyetujui rencanaku untuk tak datang ke
pernikahanmu.
Lalu
aku mengenakan pakaian, serapi-rapinya puluhan pakaian yang kupunya. Dan bergegas.
Sambil berdoa di jalan agar hujan datang, meluruhkan sakit kehilangan di dada.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)