Kamis, 09 Oktober 2014

Lebih Lama Lagi


Saya tidak tahu, apakah saya akan duduk-duduk di sini saja atau berjalan mondar-mandir sambil berkali-kali menengok arloji. Atau, bisa juga saya langsung pulang, lalu menonton DVD di rumah. Tapi, dia akan marah-marah jika saya tak meneleponnya.
Kenapa memiliki kekasih jadi rumit sekali? Kenapa kita harus repot-repot memberi kabar, mengalahkan intensitas komunikasi kita pada orang tua yang jauh di sana. Padahal, ia yang terlambat. Ia yang salah dan memang sudah seharusnya saya meninggalkannya sejak sembilan belas menit yang lalu. Tapi, saya memiliki keyakinan kuat bahwa nantinya dia yang akan berkomentar panjang lebar perihal keterlambatannya dan betapa teganya saya kalau pulang tanpa memberi kabar.
Yang seperti ini, sudah kali ke sebelas. Dan sebanyak itu pula saya tidak tahu harus bagaimana.
Kenapa memiliki kekasih menjadi begitu rumit?
“Halo, kamu masih di sana, kan? Lima menit lagi, lima menit lagi, jangan pulang dulu ya. Daah”
Begitu mudahnya untuk dia memutuskan, dan begitu sulitnya untuk saya sedikit melawan. Seperti yang sudah-sudah, ternyata saya masih betah menjadi satu yang menunggu lebih lama.

2 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

Hiks... :(

Ayu Welirang mengatakan...

Apa karena si 'saya' terlahir untuk setia? Hehehe. Salam. :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com