Rabu, 20 Juli 2016

Tendensi

Bagaimana jika kita duduk bersebelahan, tanpa tendensi untuk saling mencintai? Kau membaca koran tanpa suara, hanya bibirmu bergerak-gerak serius mengeja kata per kata. Aku menggigit roti isi cokelat yang tadinya niat kubeli sebab kukira isi selai kacang, lalu menggerutu sendiri dalam hati.
Bagaimana jika kita duduk bersebelahan, tanpa tendensi untuk saling mencintai? Kau selesai dengan koranmu, lalu membuka ponsel yang kau proteksi dengan kata sandi. Mengecek email dan pesan—serta mungkin kesan—dari kerabat jauh maupun dekat. Aku selesai dengan rotiku, lalu kubongkkar kantung plastik belanjaanku hingga menemukan sebotol air mineral. Kuteguk sekali, lalu dua kali, lalu habis sebab hausku harus lekas disudahi.
Kata-kataku di atas cukup menarik, bukan?
Jadi,
Bagaimana jika kita duduk bersebelahan, tanpa tendensi untuk saling mencintai?
Kau selesai dengan ponselmu dan aku selesai dengan air mineralku. Tak sengaja kita saling menangkap pandang satu sama lain. Lalu kau mengangguk kecil, memberi isyarat permisi. Berdiri lantas pergi. Sementara aku masih duduk menunggu kendaraan umum mampir menjemput.
Sebab kita adalah dua orang asing dan tak ada tendensi untuk saling mencintai.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com