Sengaja kuhapus embun sisa hujan yang masih menempel lekat di kaca jendela kamarku. Terlihat tawa-tawamu berloncatan di luar sana, memburamkan pandangan buruk tentang kenakalanmu yang kata si Mama sering merokok. Bersama gitar yang kau peluk, kau nyanyikan nada-nada sumbang yang terdengar begitu merdu. Ringan dan begitu memikat pendengaran. Lalu tawamu lagi, beradu dengan suara gitar yang renyah, membuatku semakin larut memandangimu dari balik jendela.
Itu lagu yang aku tahu, lagu penyanyi lama yang tak asing di telinga. Liriknya sederhana, sesederhana waktu-waktu sore yang selalu kau habiskan di teras rumahmu, dengan si gadis kecil ponakanmu. Berbagi tawa-tawa yang manis itu, menggemaskan. Selalu terlihat jelas dari sini, dari balik jendelaku, pengintaimu.
Ah, aku jadi malu sendiri. Menidurkan kepalaku di atas meja yang menghadap langsung ke luar jendela, menikmati detik-detik yang berjalan untuk mengamatimu. Lalu bibirku bersuara, mengikuti lagu yang kau nyanyikan. Di refrain aku meninggikan nada, menyamakan nada yang diambil si penyanyi asli. Ah, apa itu ? Terlalu keraskah ? Kamu menoleh ! Mendapatiku ikut bernyanyi dari balik jendela kacaku.
Lalu kamu tersenyum, memberi angguk dan senyuman kecil.
Lalu buru-buru kututup rapat jendelaku, dengan tirai rasa malu berwarna merah jambu. Aku malu. Aku malu. Serasa jantungku turun hingga ke perut. Berdetak kencang.
Tuhan, ini jatuh cinta !
4 komentar:
sepertinya anda berbakat menjadi penulis, bagus sekali tulisannya, seperti sedang baca novel hehe teruskan potensi menulismu ya
terima kasih :)
tulinya bagus banget,,,,,,, senang sekali baca tulisannya,,
terima kasih bozies :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)