Lukas, kamu adalah luka-luka yang tertimbun dalam satu jeritan masa. Duduk sendiri di kerangka jembatan, berharap seserang mendorongmu jatuh dan tenggelem ke dasaran sungai yang akan membawa jasadmu ke arus ketenangan.
Bertemumu dengan wanita berpayung biru, berparas biru, di hari biru, mendiamkanmu lebih lama lagi di kerangka jembatan. Kau pandangi si wanita itu dari atas hingga bawah. Hatimu tak berdegup, biasa saja. Sampai dia menawarimu tumpangan, sepayung dengannya, mengantarmu pulang.
Kau bersedia, lantas menanggalkan rencanamu sendiri untuk bunuh diri. Tak mau berdramatisir memaksakan kehendakmu, lantas kau pilih untuk pulang, bersama wanita yang berbaik hati secara kebetulan.
Lima tahun kemudian, tak pernah ada alasan untuk tak merasakan degup di sekitaran dada tiap kali dekat si Wanita. Kau tak pernah lagi memercayai kebetulan.
Bahwa dia adalah penyelamatmu saat itu, kemudian kau sadari bahwa dia adalah takdir dari Tuhan untuk selanjutnya mengajakmu berjalan beriringan di kehidupannya. Hal yang kau syukuri lebih dalam dari kehidupanmu sebelum hari itu.
2 komentar:
Dan kebetulan, dia menjadi jodoh dari Tuhan. Hmmm. Siapa tahu. :)
iya, bisa jadi yang kamu anggap kebetulan itu emang takdir dari Tuhan :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)