Selasa, 20 Maret 2012

Jalan Belakang

source : DeviantArt


Aku menyebutmu manusia barcode. Pasti ada satu sisi pada tubuhmu yang tertera sederet kode yang melabelkan harga. Kamu itu mahal. Mahal memberikan senyummu, suaramu, pendapatmu. Mahal memberi tahu kapan aku bisa menyapa—lalu melihatmu mengangguk sambil tersenyum membalas—dan kapan tidak.
Seperti kemarin, di sekolah, aku menyapamu tepat setelah sepersekian detik kita menabrakkan pandangan di depan laboratorium Kimia. Bukan sapaan yang berlebihan, hanya senyum seadanya dariku, menandai aku melihatmu melihatku. Begitulah, seperti jutaan kali pertemuan dan persenyuman yang kuberikan cuma-cuma, kaubalas dengan sisa angin yang sekedar lewat di persimpangan pertemuan kita. Angin yang dingin, satu-satunya barang gratisan yang kau tebar ke mana-mana.
Lalu hari ini, seperti nyala matahari yang kontras di tengah musim es. Tidak ada yang bisa menyangka kita duduk berdua, berbagi sejumput tawa dan menit-menit demi seruputan teh beraroma mint di cangkir masing-masing. Menghabiskan waktu sambil menunggu anak-anak hujan jatuh luruh meninggalkan payung merah yang kita biarkan sendirian di luar pintu kedai teh. Dan mendapatkan segala kemahalan darimu secara cuma-cuma adalah kesempurnaan langka.
Suatu waktu yang lalu di kedai yang sama, di tempat duduk yang sama, dengan sisa sepertiga cangkir teh yang begitu kental berbaur dengan rasa bahagia, kita pernah mendongakkan kepala pada Tuhan di atas, yang merestui jalan belakang yang kita pilih. Demi untuk tidak menyakiti hati pecinta lain di sekolah.

2 komentar:

Asop mengatakan...

Backstreet... :D

Putripus mengatakan...

Riiiiiight :D

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com