Jumat, 16 Maret 2012

Kecewa


source : tumblr


Saya tidak terlalu suka dengan pelayanan yang membiarkan adanya konsep menunggu.
Saya menaruh dua lembar kain kepada seorang penjahit untuk dijadikan dua model atasan yang sesuai dengan pesanan saya. Sudah saya sertakan gambar, sudah saya jelaskan detail-detail utama yang saya inginkan, dan saya dijanjikan dua minggu oleh si penjahit untuk menunggu hasilnya. Saya setuju.
Dua minggu dan belum ada kabar, hingga akhirnya tiga minggu kemudian yang tepatnya hari ini, saya dihubungi bahwa pakaian saya sudah jadi. Buru-buru saya ambil, ternyata hasilnya mengecewakan. Sebenarnya, mengecewakan sekali. Tapi saya tidak ingin terlalu menambah rasa menyesal.
Detail yang saya inginkan tidak ada, dan ukuran baju terlalu kecil sehingga tidak nyaman untuk bergerak. Sama rasanya kalau kamu sudah mengantri lama untuk memesan muffin, tapi malah diberi cupcake. Memesan kopi joss, tapi yang diantarkan kopi panas biasa. Janjian dengan dokter, tapi si dokter tidak datang. Ditambah lamanya kamu harus menunggu, itu menyebalkan, kan ?
Mengecewakan orang itu sederhana, ketika mereka anggap ini hal yang sepele, sebenarnya belum tentu kesalahan kecil yang mereka buat itu sesepele itu untuk kita. Siapa tahu sebenarnya seorang suami sudah mengantri lama untuk memesan muffin yang harus dibelinya saat itu agar istrinya yang sedang ngidam tidak meledakkan emosinya. Atau siapa tahu seorang lelaki yang sedang banyak pikiran hanya bisa menenangkan dirinya dengan secangkir kopi joss agar masalahnya menjadi tenang sejenak. Juga, siapa tahu ketika seseorang membuat janji dengan dokter, itu karena sakitnya sudah sangat tak tertahankan.
Karena sebenarnya, ketika kita disuruh menunggu, kita sedang menanam rasa tidak sabar yang terus meluas dan menjadikan kita berekspektasi terlalu tinggi tentang hasil yang lebih memuaskan, yang impas dengan lamanya kita menunggu.
Jadi, ketika ternyata hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diekspektasikan, hanya ada satu kata yang akan memberatkan : kecewa.

5 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

Dan bagaimana cara mengobatinya? Tentu dengan bersyukur saja. Karena syukur sudah melebihi segalanya. Mungkin kita bisa marah pada penjahit, karena baju yang dia buat salah, tapi itu akan menambah benci Tuhan pada kita. Percaya atau tidak? Silakan pelajari kekuatan bersyukur dengan lebih global lagi. Kita masih untung, karena hidup berkecukupan. Tak perlu kelewat mengiba atas sesuatu yang sebenarnya tidak perlu terlalu dilebih-lebihkan.

Salam.

:)

Marwati mengatakan...

ah, pengalaman seperti itu sering sekaliiii. makanya saya juga punya the kapok - the blacklisted group. haha. memang hanya hati berlapang luas yang mampu menyisihkan kecewa.

Putripus mengatakan...

@Ayu : setuju. marah untuk kain yang udah terlanjur jadi baju juga sia-sia. buat pembelajaran aja, kalau udah komitmen dengan apa yang mau kita beri untuk kepentingan orang lain, berikan pelayanan yang terbaik. buktiin kalau bisa dipercaya :)

@La Suno : hahaa grup apa itu ? bener :)

Marwati mengatakan...

you know... grup hasil observasi serampangan, dimulai dari pom bensin yang pasti ngga pas, tkg jahit mirip penjahat, sampai anak tetangga mana yang perlu dihindari demi menjaga kedamaian umat manusia. hehe.

Putripus mengatakan...

hahaa kocak abis, banyak amaaat, bisa tuh ya dijadiin bahan eksperimen :D emang sih yaa nyebelin juga yang kayak gitu, hmm..

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com