Jika
Tuhan membebaskan hamba-Nya untuk menghalalkan sebuah dosa pilihan
masing-masing, maka aku akan menghalalkan bunuh diri.
Ya.
Bunuh diri. Bukan sesederhana mempertaruhkan harta di meja judi, pula bukan
membunuh orang lain untuk kepentingan sendiri.
Tetapi,
bunuh diri.
Ah,
ya, dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Bunuhlah
dirimu sendiri dengan cara mati senikmat-nikmatnya yang sanggup diterima
ragamu. Bunuhlah dirimu sendiri dengan keadaan suci, tak menyisakan dosa dan
perkara apapun terhadap orang lain. Bunuhlah dirimu sendiri setelah kau merasa
telah cukup pada halaman tersebut kau layak menamatkan hidupmu dengan sebuah
pencapaian terbesar.
Sebab
hidup adalah serupa lembar-lembar perjalanan yang tertulis pada sebuah
biografi. Kau tak akan rela menuliskan ratusan ribu kisah dalam hari-harimu
jika kisah itu tak membawamu pada sebuah akhir yang mampu mengilhami
orang-orang di sekitarmu.
Maka,
bunuh diri adalah cara baru untuk tersenyum dalam abadi, dan menunjukkan bahwa
kau telah rampung menyelesaikan satu episode kehidupanmu. Dan untuk itu, bunuh
diri adalah pertanda tuntasnya tugasmu sebagai manusia yang sempurna.
Ya,
begitu saja.
Maka
jika para televisi masih mempertontonkan berita tentang ribuan penduduk dunia
yang melakukan aksi bunuh diri pada suatu hari, maka sebanyak itulah
orang-orang angkuh yang merasa dirinya telah cukup sempurna. Mereka tak juga
mampu mencerna bahwa kesempurnaan sejati adalah milik Tuhan-nya.
Oh,
ya, ini adalah dosa yang dihalalkan, sebagai jebakan bagi orang-orang konyol
yang terburu puas oleh dunianya.
Cukup
rumit, bukan? Semoga kau tak terkecoh di dalamnya.