Oh, itu namanya sayuran.
Kaki
Nana bergoyang-goyang, menggantung karena kursi kayunya ketinggian. Dagunya
menempel di atas meja. Matanya yang bulat hitam seperti biji buah kelengkeng,
berkonsentrasi penuh pada keranjang belanjaan ibu.
Ibu
baru pulang dari pasar. Setiap hari, sepulang dari tempat orang berjual-beli
itu, keranjang belanja ibu selalu kembali dengan penuh oleh isi-isian yang
menarik.
“Yang
warnanya hijau, seperti baju Nana, itu sayuran” kata Ibu, kemarin, waktu makan
malam. Waktu bayam sudah menjadi hidangan yang tersantap habis oleh keluarga
kecilnya.
Oh, bajuku warnanya hijau. Waktu
itu Nana berpikir demikian.
Sambil
melamun memandangi sayuran yang lagi-lagi memenuhi keranjang belanjaan ibu di dapur,
Nana jadi ingat sesuatu. Sesuatu yang minggu lalu membuatnya tak bisa tidur
semalaman. Takut bercampur merinding.
Sesuatu
berwarna hijau, yang ditonton ayahnya di televisi minggu lalu. Baru kali itu
Nana melihat yang seperti itu. Memporakporandakan kota, membuat takut orang
banyak. Berjalan dengan langkah-langkah besarnya yang berdebam, seolah ia
penguasa dunia. Nana jauh lebih menyukai Doraemon, yang meskipun kartun, tapi
berkarakter baik hati dan lucu.
Monster itu, jangan-jangan
kebanyakan makan sayur.
Apa
jadinya jika ibu—yang vegetarian—harus terus menerus memakan sayur seperti itu?
Nana bergidik, jangan-jangan kalau ibu marah, sekujur tubuhnya menjadi berwarna
hijau dengan urat-urat yang memaksa hendak keluar. Nana akan takut bukan main.
Lamunannya
buyar. Ibu sedang mengeluarkan satu per satu hijau-hijauan itu dari keranjang
belanjaan, memilah-milah mana yang bagus dan mana yang lebih patut dimakan
ulat, lalu mencucinya.
“Bu,
jangan makan sayur terus”, kata Nana, tak sanggup menyelesaikan alasannya.
Ia
turun dari kursi dan beranjang ke kamar.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)