Jumat, 30 Agustus 2013

Kemarin Matahari Terbit


Kemarin—akhirnya—matahari terbit.
Kau tidak bisa membayangkan kebahagiaan macam apa yang hinggap di desa kami, ketika—akhirnya—matahari terbit. Sinarnya seolah hinggap di wajah-wajah yang lelah menanti itu. Mereka bergegas, menyelesaikan hal-hal yang tak bisa dilakukan ketika matahari tenggelam begitu lama dalam dunia yang entah.
Perempuan-perempuan tambun berdaster itu segera mencuci pakaian-pakaian yang menumpuk selama sebelas hari. Mereka menjemurnya di tali-tali kawat dengan wajah suka cita.
Pria-pria berkumis sibuk berolahraga di luar. Matahari terbit. Waktu yang tepat untuk menguras keringat dan menyehatkan badan. Sebelas hari bekerja tanpa henti, pulang malam, makan banyak, lalu tidur. Sebelas hari mereka menimbun lemak di mana-mana. Istri mereka tak begitu senang dengan lemak yang terlalu.
Lain lagi dengan anak-anak itu, yang memilih bermain di luar. Sebelas hari tak ada matahari. Akhirnya matahari terbit. Kulit-kulit mereka yang tadinya terlalu kaku, perlahan mengendur. Waktunya bermain tanpa henti. Waktunya bersenang-senang di luar.
Kemarin—akhirnya—matahari terbit. Tak lama, sebentar saja.
Aku bisa melihat rasa syukur melayang di mana-mana.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com