Jumat, 22 April 2011

Teman Malam

Aku ini temannya malam. Berjam-jam berdiri di marka jalan, menikmati simpang siur cahaya kuning-merah yang berlawanan arah dari kanan-kiriku. Setia mendengar curhat deru-deru mesin kendaraan. Bersahabat dengan debu-debu nakal yang menyusup dari balik gesekan roda-roda dengan kasar jalan beraspal.

Aku setia berdiri di sini. Memakai gaun putih selutut, membawa mawar merah, menunggu ada yang datang. Tapi menungguku terlalu lama, kata orang-orang. Gaun putihku makin bercorak abu-abu, mawarku pun makin cokelat layu mongering. Lusuh wajahku, serupa gembel.

Sudah kubilang, menunggumu itu menyebalkan. Matakupun kering teralalu banyak diperas airnya. Menyaksikan kecelakaan yang merenggut nyawamu di seberang jalan itu menyakitkan. Tapi menunggu keajaiban membawa sosokmu hadir kembali itu lebih menyakitkan. Parahnya, aku tidak bisa berhenti menunggu.

Di sinilah aku, berjalan ketika malam menyusuri marka jalan. Tertawa sendiri menjadi pusat perhatian, lalu seketika penuh emosi mencabik-cabik gaunku sendiri, meneriaki mereka yang melaju dengan tatapan nanar melihatku. Lalu tersungkur, tertidur dari pagi hingga sore, meringkuk di tepi trotoar.

Mereka bilang, aku orang gila.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com