Minggu, 02 September 2012

#30 Beda


“Susu melon itu, susu yang dicampur sirup melon”
“Hah? Aku masih percaya kalau susu melon itu saripati murni buah melon”
“Kalau itu jus melon!”
“Eh, siapa tahu selama ini melon punya payudara seperti sapi?”
“Ck, dasar laki-laki!”
Badannya rebah pada sandaran kursi tunggu di halte bus. Bibirnya masih terus menyeruput susu rasa melon dalam sebuah bungkus plastik yang tersambung dengan sedotan hijau.
Why so serious?
Alisnya berkernyit melirikku, suaranya kemudian bungkam hingga bus datang dan membawa kami pulang.
Kami tak pernah sama. Dia tak pernah sejalan dengan hidup penuh khayal yang kurangkai sedemikian rupa. Pula aku, tak pernah sepaham mengapa sebuah canda selalu terbawa serius olehnya. Tapi toh kita masih saling ada untuk satu sama lain, hampir satu dekade ini.
Dan itu cukup.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com