Masa

Suatu hari nanti, entah di mana, kita akan bertemu.

Mungkin dalam sebuah konser musik, ketika kita berdiri berdekatan. Bibir kita melantunkan irama yang menghentak, lagu yang sama. Saling melirik sejak pertama, hingga kau basa-basi bertanya, “Suka lagu ini juga?” Di tengah keberisikan, kita berbagi teriakan untuk bisa mendengar mungil suara yang tertelan getar instrument musik. Juga getar di dada pada pembicaraan selanjutnya.

Atau, bisa jadi di sebuah gerobak martabak. Ketika si Abang tak punya kembalian untuk uangku yang terlampau besar, lantas kau menawarkan kebaikan, “Pakai uang saya aja dulu” dan berlanjut pada perkenalan. Pertemuan dengan maksud yang lebih besar dari hanya sekedar untuk mengembalikan uang.

Juga di sebuah jebak kemacetan. Ketika tak satupun kendaraan bisa beranjak, lantas tak ada yang bisa dilakukan untuk membunuh waktu yang membosankan selain mengajak bicara orang asing sesama penggerutu. Kita adalah orang asing itu. Berbicara tentang macet, hingga biodata diri dalam bentuk tanya jawab sederhana. Mungkin kemacetan adalah berkah, bagi kita yang berjarak tak sampai dua jengkal. Lalu panas dan polusi menjadi gurauan pencipta tawa.

Mungkin.

Atau kita adalah sepasang teman lama yang berjalan tanpa gandengan dalam sebuah pesta pernikahan teman. Bisa kita berjalan berdua, berburu makanan bersama dan bernostalgia menghabiskan kesendirian. Hingga memberi pujian kecil tentang kebaya cantik yang kukenakan, atau model rambutmu yang jauh berbeda dari masa sekolah.

Entahlah. Pengandaian ini tak akan ada habisnya.

Kita adalah sepasang yang terjalin oleh sebuah hubungan jarak jauh. Aku di sini, sedang kau, adalah seseorang dalam masa depanku. Meski jarak ratusan juta cahaya memisahkan, tidakkah pada sebuah masa yang telah dijanjikan Tuhan, kita berdua akan dipertemukan?

"And all those sleepless nights
Just reminds me of one thing though
How fast time passes us by

I'll fight the future for you (maybe)
Settle down"

The Trees And The Wild – Fight The Future