"Lekas bangun dari tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu, cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu, masih ada cara menjadi besar"
- Efek Rumah Kaca, Menjadi Indonesia-
terparut dalam remahan kata-kata
"Lekas bangun dari tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu, cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu, masih ada cara menjadi besar"
- Efek Rumah Kaca, Menjadi Indonesia-
Speechless. Semuanya terlalu hancur-berantakan. Terlanjur hancur dan terlanjur berantakan. Mungkin ya, kalau menangis itu keadaannya akan lain. Mungkin semua beban pikiran akan ikut jatuh mengalir lalu kering sendiri. Harusnya, saya menangis sekarang. Tapi lupa caranya karena saya bingung harus mulai dari mana. Semuanya masih berjalan normal, hidup saya. Tapi ini memang titik didih kejenuhan saya. Saya kembali ke siklus di mana saya harus bingung, harus merasa berantakan untuk hidup yang berjalan normal. Dan harusnya, saya sudah bahagia dengan semua yang saya punya. Tapi saya cuma merasa ini belum waktunya untutk bisa bahagia.
Semuanya, terlalu normal.
Saya masih 19 tahun, 20 tepatnya tahun ini. Saya belum tahu, sebelah mana bagian terbaik di hidup saya karena seperti yang kita tahu, terbaik artinya yang paling baik. Kita tidak bisa menilai momen itu adalah momen yang “ter” sedangkan hidup kita belum sampai akhir kan ? Jadi penilaian tentang baik-buruknya kejadian dalam hidup itu masih dalam proses, belum selesai. Seperti kalau kamu hobi makan di satu tempat dengan banyak kuliner. Kamu belum bisa menentukan makanan A adalah makanan terenak di sana sebelum kamu mencicipi semuanya.
Kalau sejauh ini, momen terbaik dalam hidup saya masih ketika saya lahir sampai SD. Segala hal rasanya ringan, tidak pernah sesulit ketika menginjak remaja dan bermain dengan hal-hal baru yang lebih “besar” seusia itu.
Apalagi waktu TK, terbaik dari semuanya. Saya cuma menangis kalau sedang bertengkar dengan kakak saya, menangis kalau jatuh dan mendapati lutut saya berdarah-darah, menangis waktu keinginan saya tidak dipenuhi orang tua. Semua itu adalah cara menangis yang sederhana dan tidak benar-benar menyakitkan perasaan. Menangis rasanya seperti keripik yang membuat renyah sehari-hari, selingan kalau capek terlalu banyak tertawa. Menangis itu bukan hal berat.
Saya tidak pernah punya pikiran seperti Peterpan yang ingin selamanya jadi anak-anak.Saya tahu, hidup itu bukan dongeng, bukan fiksi yang indah. Hidup itu adalah ketika seseorang terus tumbuh, terus berjalan sampai tua, sampai capek, sampai terkubur. Hidup seperti labirin, bingung untuk bisa keluar dari hal-hal yang memuakkan. Tersesat, lalu merasa sendirian.
Lalu saya berpikir, bagaimana kalau ternyata saya dan kamu dan kita semua bisa seperti Peterpan ? Terus menjadi anak-anak yang tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi orang dewasa. Tidak ada yang berat. Tidak ada yang memaksa kita untuk mengondisikan diri dalam situasi yang rumit dan memaksa otak kita untuk terus memikirkan jalan keluar. Kalau kita jadi anak-anak, siapa yang mau keluar dari dunia semenyenangkan itu ?
Apapunlah, saya terlanjur makin tua sekarang. Saya terlanjur tidak punya keinginan untuk menjadi seperti Peterpan. Hidup itu berat, tapi lebih berat lagi kalau tidak bisa merasakan hidup yang sebenarnya.
“Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending” – Maria Robinson
Hujan..
Mari kita hitung berapa banyak rintikannya,
Seribu, dua ribu, sepuluh ribu ?
Hahaa, gelak tawa memenuhimu di hari hujan..
Kamu bilang, “Ada lebih banyak dari itu.”
Ya, kamu orang paling sabar yang menghitung rintikan hujan,
Menikmati tiap tetes guyurannya, serendah apapun derajat celcius menyergapmu..
Aku suka hujan, seperti kamu suka hujan..
Dan aku juga suka kamu..
28 Juli 2010 10:53
Pernah nggak kamu memimpikan suatu hal, tapi yang kamu ekspektasikan beda total sama kenyataan ? Kayak langsung sedih banget nggak sih ? Rasanya kayak apa yang diomongin James Morrison di lagunya Wonderful World bener banget : “but who am I to dream, dreams are for fools, they let you down”
Tapi sungguh, jangan capek bermimpi. Karena sekalipun itu beda sama kenyataan, bermimpi itu menyenangkan.