Bahwa pada akhirnya kamu bisa menebak hal itu, adalah satu hal yang aku takutkan. Aku tidak pernah berusaha membuat kamu tahu. Aku juga tidak pernah ada keinginan supaya kamu tahu, sama sekali. Karena as always, aku selalu bisa menyimpannya sendirian dan yakin pada masanya nanti, rasanya akan hilang. Seperti, sudah terbiasa.
Masih ingat obrolan kita di awal-awal dulu ? Tentang kamu yang menurutku salah berkelakuan terhadap temanku itu. Iya, salahmu yang membuat dia berharap lebih sampai susah melupakan kamu. Boleh aku ralat ? Tidak semuanya salah kamu. Semua tergantung persepsi masing-masing. Tergantung bagaimana cara dia menangkap apa yang kamu berikan. Dan aku baru sadari itu ketika aku ada di posisinya. Saat itu.
Aku tidak pernah menuntut apapun dari kamu. Hanya saja, banyak hal-hal yang terasa menyenangkan ketika itu dibagi berdua. Mimpi, cara pandang, semuanya. Aku tahu pasti, ketika akhirnya perasaan itu muncul, pasti karena aku yang berlebihan dan menyalahartikan. Mmm menurutku, tidak sepenuhnya salahku juga. Baiklah, mari kita berbagi kesalahan. Salahmu juga yang terlalu intens menciptakan komunikasi di antara kita. Mengutip dialog dari film (500) Days of Summer, ketika Summer berkata kepada Tom “Kita hanya teman”, Tom membalasnya “Tidak seperti itu kamu memperlakukan seorang teman”.
Kamu tahu sekali aku suka menulis. Dan semua sampah yang aku tulis, aku hanya berusaha meluapkan apa yang aku rasakan karena tidak selamanya memendam sendirian itu enak. Tapi sungguh, aku tidak pernah ada niatan sama sekali untuk membuat kamu tahu. Makanya aku memilih twitter. Memang, ada akunmu di sana. Tapi kamu bilang, twitter itu cuma asal punya. Jadi, aku pikir aman karena kamu pasti jarang membukanya.
Ternyata salah ya. Kamu tahu. Kamu tahu. Kamu tahu. Dan yang membuat aku merasa sangat sakit, adalah bahwa kamu berkata bahwa kamu tahu. Entahlah, bagian mana yang menyakitkan. Hanya saja, tidak bisakah kamu pura-pura tidak tahu saja ? Rasanya seperti tidak ada rasa nyaman dan aman lagi untuk sekedar menulis. Tolong yakin, perasaan ini pasti berlalu, tidak mungkin tidak. Hanya saja, pahamilah kalau aku pasti butuh waktu. Dan aku cuma manusia, yang tidak akan kuat menampung segala hal yang aku repress sendiri dalam pikiranku berhari-hari, berminggu-minggu.
Dan yang lebih menyakitkan adalah ketika kamu, menceritakan tentang perempuanmu, saat kamu tahu ada perasaan yang lebih buatmu dari aku. Kalau kamu sudah tahu, bukankah seharusnya kamu sadar bahwa ada batas-batas perasaan yang perlu kamu jaga dengan tidak menceritakan sekecil apapun hal tentangnya ? I mean, aku akan baik-baik saja kapanpun kamu menceritakan perempuanmu selama sejauh yang aku tahu, kamu belum tahu perasaanku. Aku cuma berpikir, masih ada ternyata laki-laki yang setega itu. Dan itu, kamu.
Jadi, dari situlah, aku menganggap kamu tidak worth it sama sekali untuk ditunggu lebih lama lagi. Kamu bukan yang terbaik lagi. Kelayakanmu untuk dikagumi, menjadi hilang sama sekali. Dari situlah, aku bangun dan benar-benar sadar bahwa aku harus menata tempat tidurku, dan mencari rumah yang baru. Akan jadi hal yang sangat sulit, tapi bukankah Tuhan sudah membantu menyediakan rumah yang terbaik buat aku ?
Itulah kenapa aku bilang, terima kasih, kamu sudah membunuh dirimu sendiri sehingga aku tidak perlu susah payah membunuhmu dari perasaanku. Kamu sudah membuat dirimu sendiri dibenci dengan segala persepsi tentang kamu yang aku punya sekarang. Terima kasih.
Jadi, mari kita pastikan dari sekarang bahwa kita hanya teman yang pernah ada di satu kelas yang sama, yang tidak pernah terlalu dekat. Kita hanya teman yang bangkunya berseberangan, berbicara seperlunya, dan tidak tahu banyak hal dari satu sama lain. Kita akan canggung. Pasti. Jadi, untukku, menghindari kamu mungkin hal yang lebih baik. Untuk melepaskan semuanya. Untuk membuatku merasa benar-benar tidak pernah sedekat itu dengan kamu. Imbangi aku. Entahlah, apa akan ada niatan dari kamu untuk memperbaiki. Tapi sudahlah, jangan. Berpura-puralah untukku, berpura-puralah kamu tidak pernah tahu apa-apa. Begini saja, saling menjauh. Saling memberi jarak. Jarak ini, nantinya akan membuatku terbiasa dengan kamu sebagai orang lain, dan itu membuat aku merasa jauh-jauh lebih baik. Tidak akan berarti banyak buat kamu, kan ? Tidak akan sulit buatmu, kan ?
Jadi, ingat. Aku cuma perempuan, yang bisa jatuh cinta. Dan ketika aku jatuh cinta, maaf kalau itu untuk kamu. Dan semua obrolan kita silakan lupakan. Tapi jangan pernah lupakan tentang pesanku yang dulu sekali. Jangan memperlakukan perempuan seperti itu. Bagaimanapun, perempuan itu berbeda dengan laki-laki. Jangan menjadi laki-laki pemberi harapan. Perempuan itu terlalu peka. Ketika dulu kamu melakukan kesalahan itu, dan kamu mengulanginya lagi terhadapku, artinya kamu belum belajar. Belajarlah. Itu akan baik untukmu, supaya kamu tidak dibenci perempuan-perempuan sesudahku.
Satu hal yang aku tahu, kamu itu pintar, jadi sebaiknya kamu mengerti semuanya. Maaf kalau aku menjadi berlebihan. Ya, menulisnya lebih melegakan. Hanya melalui ini, aku bisa selepas ini.
Terima kasih.
Rabu, 30 November 2011
Pesan Biru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
ahh suka ini! smoga dia mbaca :)
enggak juga nggak papa :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)