Sejauh
yang saya tahu, tidak ada pentingnya sama sekali mengutamakan kepentingan orang
lain jika sejauh itu saya merasa terpaksa. Hanya karena perasaan tidak enak, lantas saya mengiyakan
segala sesuatu? Oh, saya punya hidup sendiri, saya punya pertimbangan sendiri atas
apa yang perlu dan tidak perlu saya lakukan.
Egois?
Memang. Saya tahu diri kalau saya egois dan kurang memedulikan perasaan orang
lain. Dari dulu. Tapi bukannya itu lebih baik ya daripada menyenangkan orang
lain tapi pada akhirnya dia tahu kalau saya terpaksa melakukannya untuk dia? Seperti
itu, bukannya justru lebih dekat dengan perasaan dikhianati? Ya, menurut saya
sih, itu lebih baik. Saya tidak terlalu menganut faham kadang harus ada yang dikorbankan, termasuk perasaan kita sendiri.
Itu hanya berlaku di waktu-waktu tertentu saja, yang intensitasnya begitu minim
di hidup saya. Lantas apa dengan begitu saya jadi mengorbankan perasaan orang lain dengan mudah? Tidak. Orang lain harus tahu alasan saya, pun sebaliknya, supaya sama-sama mengerti. Supaya tidak ada yang rugi dengan sikap saya yang secara kasat mata tampak begitu egois.
Jelas,
kan? Kadang ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan, sejauh apapun kita berusaha
untuk tenang melakukan dan menghadapinya. Seperti saya, ketika merasa melakukan
sesuatu demi orang lain itu tidak penting dan jika saya lakukan pada akhirnya
justru menyakiti, segera saya tinggalkan. Karena, ya, buat apa?