Sabtu, 26 November 2011

Hakim Semangka

I.
Mata-mata itu tegas membunuhku. Menyaksikanku yang masih duduk lekat merapatkan sekujur tubuhku pada kursi kayu yang tiap detiknya makin terasa tak nyaman ini. Kakiku tak bisa berhenti bergoyang, hal yang selalu kulakukan saat aku merasa tertekan, tersudut. Lalu keringat ikut mengalir, bercucuran dengan rasa takut yang membabi buta. Ya, aku masih diam.
Aku tidak bisa merasakan apapun selain mati rasa dari ujung rambut hingga pangkal kaki. Bahkan logika dan perasaanku pun demikian. Mereka dari belakang meneriakiku dengan caci-maki hina tak berujung. Sumpah serapah tak kuhiraukan sama sekali, aku berusaha untuk tuli. Betapapun kerasnya usaha dan kemauan mereka untuk memenjarakanku, aku sungguh tak peduli. Aku memang takut setengah mati menghadapi orang sebanyak ini. Tapi yang aku tahu pasti, aku memiliki Pelindung.
Aku masih diam, tidak seperti jarum jam yang terus-menerus berjalan. Orang-orang itu berdiri satu persatu, silih berganti. Melontarkan kesaksian, melakukan pembelaan. Sudah tiga jam. Hingga akhirnya Hakim mengetukkan palunya. Aku dipenjara, dua bulan.
Orang-orang di belakangku, yang masih saja meneriakiku, mereka bukan Hakim.
Bahkan Hakim bukan Hakim.
Tuhanlah.
Aku berusaha keras menjelaskan kepada Tuhan bahwa aku tidak bersalah.


II.
Baiklah, seberapa mahalkah semangka hingga mampu membawa Bapak ke penjara ? Dua bulan itu waktu yang sangat lama untuk menghukum seseorang yang hanya mengambil semangka karena kehausan.
Ada nanar yang begitu dalam ketika Bapak merengkuh kedua pipiku sambil berkata, “Demi Allah, Bapak cuma kehausan, Bapak nggak ada niatan untuk mencuri semangka itu, Nak”
Malam ini begitu pilu, tidak ada Bapak di rumah. Lebih lagi, kasus Bapak sudah sampai ke media. Bagaimana tidak ? Hukum begitu tegak untuk masalah sesepele ini, tapi seperti tidak memperhitungkan sama sekali hukuman untuk para penjahat duit Negara. Ya, aku malu. Aku malu nama keluargaku tercemar karena tuduhan sepihak yang menyudutkan posisi Bapak yang tidak bersalah.
Aku menempatkan sujudku berkali-kali pada Tuhanku. Bebaskan Bapak, Ya Allah..


*terinspirasi dari sini

2 komentar:

Kevin Pami Pradana mengatakan...

nice :)

Putripus mengatakan...

makasih kevin :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com