Malam
itu, sungguh kamu telah berubah.
Aku
tahu itu, dari helaan nafasmu. Bukankah kau tak akan pernah mengalah dalam
perdebatan sengit kita tentang batu atau kertas, siapa yang akan menang? Malam
itu, kau rebah tanpa melawan prinsipku bahwa batulah yang akan menang, sambil
berkata “Terserah kamu saja”.
Maka
di sanalah aku tahu, sedang ada yang salah denganmu.
Biasanya,
kau akan bersikeras bahwa kertas yang akan menang. Membungkus batu hingga habis
tak terlihat, dan keluarlah kertas sebagai si dominan atas batu. Jika
kukatakan, mari kita adu batu dan kertas
di bawah air hujan, kau akan balas berkata, sejuta umat di dunia pun sepakat
bahwa kertas tetap pemenangnya tanpa perlu melibatkan air hujan atau apapun.
Biasanya,
aku yang akan menyerah. Sebab kau serupa kertas, yang begitu polos dan tak mau
kalah. Sedang aku
hanyalah si bebal yang tak punya andil dalam apapun sehingga mengalah adalah
nasib terakhirku.
Biasanya,
seperti itu.
Lantas,
saat kau tak lagi memenangkan dirimu, sesuatu pasti telah terjadi, aku tahu.
***
“Batu,
kertas, gunting!” kita meneriakkannya bersama sambil mengayunkan tangan kita
masing-masing, pada satu sama lain.
Kau
mencipta batu.
Aku
mencipta kertas.
“Kamu
lagi yang menang? Giliran aku, batu yang menang!” katamu lantang dengan
gayamu yang khas.
Aku
menatap matamu lekat-lekat, lalu merebahkan tubuhku ke atas sofa merah marun
yang baru kau beli empat bulan lalu. “Terserah kamu saja”.
Ya,
terserah kamu saja. Perjudian ini tak akan selesai jika bukan aku yang
mengalah. Sebab memang aku yang terlanjur salah.
Padamu,
Si Lelaki Batu, kurelakan gadis itu untuk kau dekati. Lebih dekat dari yang
Perempuan Kertas ini pernah lakukan pada setiap kesempatannya. Karena gadis itu
menyukai sejenismu.
Bukan
aku.
Menanglah.
Menanglah.
***
“Gunting,
batu, kertas!”
Tangan
kananku mengepal membentuk batu.
Tangan
kiriku terbentang membentuk kertas.
Bukan
menang atau kalah, sebab bukan lagi si Gadis itu tujuanku. Tapi kau.
Tapi
kau, Perempuan Kertas.
Dan
segala perdebatan kecil kita membuatku rindu, meski aku tahu, bukanlah aku
jenis labuhan yang kau tuju.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)