Cika
mengamati cicak dalam toplesnya. Ada yang salah. Sudah dua hari cicaknya murung
tak berdecak-decak. Mungkin gerimis di luar telah merenggut suara cicaknya. Gemericik
telah dua hari tak kunjung reda mengguyur kotanya. Lalu Cika keluar, mencari
apa yang dicari.
Hujan
melompat-lompat membasahi pekarangan. Bunga-bunga anggrek berguguran terhantam
air-air langit, jatuh sebelum masa layunya. Cika duduk memeluk lutut di atas
kursi kayu putih di teras rumahnya. Dingin. Dingin yang menyenangkan, tapi Ibu
pasti melarang Cika untuk hujan-hujanan. Ibu akan repot kalau Cika demam. Maka,
Cika memilih untuk menahan keinginannya.
Ibu
pernah bercerita, ada sebuah kerajaan di atas awan. Ketika hujan turun,
tandanya para dewa-dewi sedang berpesta di sana. Merayakan kepulangan mereka
dari sebuah petualangan panjang mengumpulkan potongan kaca warna-warni. Hujan adalah
sebuah suka cita mereka. Sambil terus menari, mereka bersama-sama merangkai
potongan kaca warna-warni membentuk setengah lingkaran, yang kemudian
orang-orang menyebutnya sebagai pelangi.
Maka,
pasti ada pelangi setelah ada hujan. Para dewa-dewi tak akan pulang dan
berpesta sebelum mereka mendapatkan potongan kaca warna-warni lengkap.
Tapi,
Cika mendengus pelan. Ibu belum pernah bercerita kenapa hujan begitu berisik
dan seolah menelan habis suara cicak peliharaannya selama dua hari ini. Mungkin
cicaknya berdecak, hanya saja tak sekeras suara hujan. Cika mulai kesepian di
kamarnya.
“Hujan,
suaranya mana?” Tanya Cika, setengah berbisik. Cika tak mau Ibunya di dalam
mendengar anaknya bercakap-cakap dengan hujan. Ibu pasti tak suka.
Hujan
hanya menjawabnya dengan gemericik yang makin keras, makin deras menghantam
genting rumahnya.
Cika
terus menunggu, namun lama kelamaan tubuhnya menggigil kedingingan. Cika harus
masuk, kedinginan akan membuatnya demam meskipun tak sampai ia hujan-hujanan.
Dan—lagi-lagi—Ibu tak akan suka.
Dalam
hati, Cika berjanji, akan menagih suara Si Cicak kepada Si Hujan, agar cicaknya
bisa meramaikan waktu malamnya.
***
Cika
masih terlalu dini untuk dapat memahami bahwa tak segala sesuatu yang kita
anggap baik, adalah hal yang baik pula bagi yang lain. Cika tertidur pulas dan
belum menyadari bahwa sudah dua hari cicaknya kehabisan oksigen di dalam toples
kaca. Nafasnya berhenti. Pula jantungnya.
Cika
menyayangi cicaknya dengan cara yang salah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)