Jumat, 17 Februari 2012

Mixtape


Pernah membaca buku kumpulan cerpen Recto Verso-nya Dewi Lestari ? Pernah mendengar lagu-lagu yang dipersembahkan seolah sebagai backsound untuk didengar ketika membaca bukunya ? Mixtape.
Menurut saya, itu adalah ide yang tidak sekedar berbeda, namun juga cemerlang. Bagaimana sebuah cerita kita resapi sambil mendengarkan musik yang mengalun, dengan nada dan lirik yang disesuaikan ritme masing-masing cerita. 


source : google

Seperti yang kita tahu, bahwa musik adalah salah satu karya buatan manusia yang neverlasts, tidak pernah mati terbunuh oleh terbatasnya akal pikiran manusia. Tahun demi tahun, era demi era, selalu tercipta musik-musik baru dengan lirik dan nada yang bervariasi. Saya sering berpikir, bagaimana bisa orang menciptakan berbagai lantunan baru yang berbeda total dengan yang pernah dihasilkan sebelumnya ? Makanya, kasus “kemiripan” nada yang sering dicap kebanyakan orang sebagai plagiatisme, menurut saya itu sah, selama tidak sama secara keseluruhan. Bagaimanapun, ketika kita menyukai suatu lagu atau jenis musik dan mendengarnya berulang kali, pasti nantinya akan meng-influence pada lagu baru yang kita buat. Sedikit kemiripan itu wajar, mengingat ada begitu banyak kepala yang menghasilkan lebih banyak lagu, dan bukan sesuatu yang mustahil jika ada kesamaan. Sesederhana pola berpikir manusia yang belum tentu berbeda total dengan individu lain.
Kembali ke mixtape. Selain contoh penciptaan musik yang dikhususkan untuk mendampingi suatu teks cerita, kita juga dapat menggunakan media musik sebagai ladang inspirasi. Yang akan saya contohkan, adalah yang seringkali saya lakukan.
Seringnya, inspirasi dan mood menulis datang dari musik yang saya dengarkan. Dalam hal ini, saya hampir tidak pernah melibatkan lirik lagu yang saya dengar sebagai inspirasi berkembangnya tulisan baru. Justru, saya menitikberatkan pada ketukan nada, ritme, dan alur musiknya. Tiap lagu, akan membawa saya pada imajinasi-imajinasi yang berbeda, yang tiap adegannya satu per satu tersusun rapi dalam kepala saya seiring saya mendengarkannya.
Sebagai contoh, ketika saya mendengarkan Sweetest Goodbye-nya Maroon 5, yang langsung terbayang adalah sebuah garis besar adegan dalam setting kapal. Masih dengan keromantisan. Pria dan wanita yang berkenalan. Mereka adalah orang yang asing untuk satu sama lain. Tapi suasana ombak yang terus menaik-turunkan kapal, juga angin yang meniup pelan, mendukung mereka untuk saling mengenal satu sama lain. Berbagi layaknya teman lama, namun dengan pertemuan yang tak lama. Dan itu semua saya dapat tanpa saya pernah tahu menceritakan tentang apa lirik lagu ini, karena itu tak penting. Hanya saja, dalam adegan yang berputar di kepala saya, lagu tersebut haruslah menjadi musik latarnya.
Atau Two Birds-nya Regina Spektor. Langsung terekam tentang seorang perempuan pengantar surat yang mengayuh sepedanya dari rumah ke rumah. Tentang bagaimana keramahannya. Tentang bagaimana dia mengistirahatkan lelahnya di sebuah bangku taman, mensyukuri hidup yang dia punya.
Kadang, satu lagu tak cukup untuk merampungkan satu cerita. Apalagi cerita yang lebih panjang. Butuh lebih banyak adegan yang melibatkan emosi di dalamnya. Di sinilah mixtape dirasakan lebih banyak bekerja. Di mana ramuan dari beberapa lagu dapat menginspirasi kita untuk menghasilkan satu kesatuan cerita yang utuh.
Jadi, untuk mencari inspirasi, kadang saya rasakan bisa sesederhana itu tanpa perlu mencarinya jauh-jauh, susah payah. Tapi, bagaimanapun, tiap orang memiliki cara tersendiri untuk mencari inspirasi.
Bagaimana dengan kamu ?

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com