Halo, Kecil.
5 Januari lalu, kalau tidak salah hitung dan salah ingat, adalah tahun kelima sejak telepon terakhirmu. Kamu apa kabar ? Sudah benar-benar lupa denganku ?
Omong-omong, kamu sudah wisuda ya ? Haha, jelas aku tahu. Foto wisudamu terpajang manis di home facebook suatu hari. Senyummu yang mengembang dengan gigi gingsulmu dan perempuanmu, di sebelahmu. Aku tidak pernah mempertanyakan lagi kepada Tuhan kenapa bukan aku yang ada di dekatmu saat itu. Terlalu kekanak-kanakan, mengingat sudah tiga tahun yang lalu aku berhasil merelakan kamu pergi.
Oke, aku tidak terlalu bernafsu menulis surat yang panjang lebar untukmu kali ini. Aku bingung harus menulis apa. Aku sudah mulai lupa semua momen tentang kamu. Tentang pertama kali kita berkenalan di malam tujuh belas Agustus, tentang namamu yang lucu, tentang kamu yang pernah ingin sekali dipanggil ‘Kecil’ yang memiliki kepanjangan Keren-Enak dilihat-Cool-Imut-Lucu, tentang nasihat-nasihat kamu, tentang marahmu suatu hari, tentang semua telepon tawamu, tentang jus alpukat siang itu, tentang… ah sial, ternyata aku masih mengingat semuanya dengan sangat baik. Ini tidak adil ketika aku harus berusaha keras melupakan kamu, sementara tanpa perlu berusaha, kamu sudah sangat lama melupakanku dengan pasti.
Tapi, Kecil, pada akhirnya kamu adalah orang yang tidak pernah ingin kulupakan. Aku hanya berusaha menghilangkan rasa yang dulu sekali pernah aku punya untuk kamu. Selebihnya, semua momen yang merekam kamu sebagai pemeran utama dalam satu tahunku, lima tahun yang lalu, biar aku ingat sampai aku lupa dengan sendirinya karena aku menua.
Langit sedang mendung, Cil. Kamu sedang apa ?
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)