Aku ini pengintai. Mengamatimu dari sela dahan-dahan kering yang menggantung di pohon mangga depan jendelamu. Kadang centil, aku masuk melalui jeda-jeda kecil ketika jendelamu terbuka. Kamu masih sama, masih persegi seperti saat kutinggalkan. Terisi dengan hal-hal istimewa kesukaanku.
Gelas kosong yang menyisakan sedikit endapan air mineral jernih.
Ranjang yang berantakan.
Kaset-kaset lama berserakan di lantai.
Meja rias yang tak terlalu rapi, untuk berkaca lama-lama sampai bosan.
Lalu kuamati keseluruhanmu, aku rindu. Malam ini, aku mau menumpang tidur. Memelukmu dengan erat, rekat. Sebelum bias kuning-oranyeku harus pergi lagi, bertugas mendampingi matahari. Hari makin larut, kepadamulah aku seharusnya pulang. Beristirahat di balik selimut, mendendangkan lelaguan pengantar tidur.
Aku senja, yang rindu kamarnya.