Mereka bilang, aku ini gendut, gembrot, kelebihan lemak, hingga yang lebih menyakitkan : obesitas.
Aku membawa berat badanku—yang memang berat—ke mana-mana. Berjalan ke sana, kemari, kesusahan. Mungkin aku butuh semacam kursi roda atau troli untuk bisa mengantarkanku ke mana-mana agar semakin hina orang melirikku.
Sungguh, aku benci makan. Makan itu hal pokok yang awalnya hanya keharusan, tapi lama-kelamaan menjadi keterpaksaan. Aku harus makan. Menjejali suap-suap empat sehat lima sempurna kapanpun, bahkan ketika aku masih sangat kenyang dan hampir muntah.
Aku. Harus. Makan.
Agar aku gendut, gembrot, kelebihan lemak, dan obesitas.
Aku. Harus.
Agar ketika majikanku memperlakukanku seperti kucing hina, membanting, menendang, memukulku dengan tangan-tangannya yang lancang, melempariku dengan barang-barang panas, lalu membiarkanku membusuk kelelahan di dalam kamar mandi, aku masih bisa tenang.
Dagingku tebal, cadangan makananku banyak. Tidak akan terasa sebegitu menyakitkannya.
Aku harus makan banyak.
Kulirik lembar-lembar uangku. Beruntung menjadi TKI, gaji selalu membuat dompet tebal, hanya saja harus ada pengorbanan yang sama tebalnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)