Minggu, 12 Juni 2011

Hidup Memang Berat


“Hidup ini berat”, kata Ibu berkali-kali.
Benar saja, kulihat Ibu memanggul tubuhku yang tak lagi semungil balita di satu punggungnya menggunakan jarik. Berjalan tertatih mencari bulir-bulir beras yang jatuh di jalanan sepanjang pasar. Dengan tangan kanannya yang terbungkus kantung plastik hitam, Ibu memasukkan beras-beras yang mulai menghitam—entah kotor, entah membusuk—itu ke dalam tampah di tangan kirinya.
Aku mendekap Ibu dari belakang, kubaui aroma keringatnya yang membasahi tengkuknya. Kulihat kakiku menggantung, tanpa alas. Terkulai seperti tinggal tulang. Bagaimana tidak ? Setiap hari makanan kami seperti ini. Gizi buruklahlah yang kudapat. Aku harus selalu berjalan dengan kaki Ibu, membonceng di punggungnya setiap hari seperti ini. Sementara perutku makin membuncit, hampir meledak.
Hidup memang berat, Bu, ujarku dalam hati. Berharap batin Ibu mendengarnya, juga Tuhan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com