“Gini analoginya. Aku suka lukisan. Tapi untuk punya satu, aku bakal berkunjung ke puluhan galeri dulu, baru menentukan pilihan. Nah, kamu itu kolektor. Kamu borong apa saja yang kira-kira bagus, tapi bukan untuk dimiliki. Kamu jual lagi barang-barang berharga itu kayak dagang sembako. …Kamu nggak mau memiliki dan dimiliki siapapun. Tapi kenapa terus-terusan mencari dan menyakiti orang?”
“Aku juga bingung apa yang sebenarnya kucari. Yang jelas aku nggak bisa kayak kamu. Bertahan dalam kesepian. Selama ini kamu pikir apa artinya hidup kamu yang konstan kayak mesin pabrik ? Lagu-lagu pembangkit mood yang kamu racik kayak apoteker bikin obat ? Kamu kesepian. …Hidup kayak robot adalah satu-satunya cara yang kamu tahu untuk melindungi dirimu dari sepi. Kamu takut sama spontanitas. Kamu takut lepas kendali. Kamu ingin cinta, tapi takut jatuh cinta. But you know what? Kadang-kadang kamu harus terjun dan jadi basah untuk tahu air, Che. Bukan cuma nonton di pinggir dan berharap kecipratan”
. . .
-dialog favorit saya antara Che dan Starla dalam cerpen Menunggu Layang-Layang pada buku kumpulan cerita Dewi Lestari berjudul Madre-
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)