Sabtu, 17 September 2011

Restart


source : tumblr

“Apa Mama bilang, kamu itu butuh seseorang yang nyata, yang ada wujudnya. Ngapain kamu susah-susah suka sama orang yang wujudnya nggak kelihatan? Sekarang dua-duanya udah pergi. Yang satu capek nunggu kamu, yang satu malah ninggalin kamu”


Mungkin yang Mama bilang itu benar. Tidak selamanya kesabaran yang saya punya bisa diandalkan untuk menjadi teman yang setia ketika menunggu seseorang yang tidak pernah ada lagi untuk saya. Saya tidak dijanjikan apapun, tidak digaransikan apapun oleh siapapun atas waktu-waktu yang saya sisihkan untuk menunggu.
Mungkin dulu, beberapa waktu yang lalu tepatnya, saya masih begitu betah menunggu. Masih betah menyanyikan Waiting-nya Endah N Rhesa sambil menggoyang-goyangkan kepala, ceria. Nada lagu yang disuguhkan membuat saya belum pernah merasa jemu menunggu selama apapun. Yang saya rasakan, menunggu itu masih enak. Masih tidak mengganggu akal dan pikiran saya. Masih bersahabat dengan anggapan bahwa mimpi itu bisa jadi kenyataan, bahwa yang saya tunggu akan datang.
Sampai akhrnya saya bosan. Nada lagu ceria Waiting-nya Endah N Rhesa pada akhirnya tergantikan oleh Berlin-nya The Trees And The Wild. Menunggu, semakin lama semakin menjadi kegiatan yang menyedihkan bukan main. Tidak ada secuil pun yang bisa digenggam. Tangan masih kosong, tidak ada kamu yang kembali memberikan tanda-tanda bahwa ‘dulu’ itu masih bisa kita perjuangkan.
Lalu ternyata omongan Mama terbukti. Seperti sedang berkendara, saya memutuskan untuk menekan tuas rem dengan sangat mendadak. Perjalanan panjang dan memakan waktu lama yang saya tempuh tidak menghasilkan apa-apa. Saya cuma melakukan perjalanan sia-sia yang dibumbui keinginan saja, seperti anak kecil. Hingga saya sadar bahwa saya masih dalam keadaan yang sama dan bahkan lebih buruk : kamu benar-benar sudah pergi.
Sebenarnya saya tidak sehancur dan sepatah itu. Mungkin saja Tuhan membiarkan saya menunggu lama juga untuk melatih saya agar terbiasa dengan tidak adanya kamu. Ya, saya seperti sudah terbiasa.
Saya hanya menyesal. Bukan karena telah membuang banyak waktu saya untuk menunggu, toh tidak akan ada yang bisa mengembalikan waktu-waktu itu. Saya hanya menyesal atas ketidakrealistisan saya. Saya menyesal telah begitu menutup mata rapat-rapat dan meyakinkan diri saya sendiri bahwa kita berdua akan berakhir pada sebuah ujung yang manis. Saya menyesal telah membuang begitu banyak kesempatan untuk bisa bersama dengan orang lain yang lebih nyata dan lebih menghargai keberadaan saya daripada kamu.
Dan di masa-masa penyesalan ini, saya sadar kalau saya kehilangan banyak hal.
Maka, Tuhan, tolong tekan tombol Restart untuk saya. Supaya saya bisa menata ulang pikiran yang agak kacau ini. Supaya saya bisa melanjutkan hari-hari saya dengan lebih baik, seperti memulai semuanya dari awal, dengan orang-orang baru. Amin.

2 komentar:

Asop mengatakan...

Ups, tombol restart tak berfungsi.

Putripus mengatakan...

Kalau begitu, Shut Down kisah sedih saya, lalu Start dengan kisah yang baru, yang lebih hidup dan menyenangkan. Segampang itu :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com