Senin, 23 Januari 2012

#10 Menyayangi Tanpa Tanda Bintang

Untuk saya, pada suatu hari yang dulu, di mana saya merasa kehilangan dan harus belajar.
Saya tidak pernah menyesali apa-apa yang sudah pergi. Saya ikhlas, sekali. Saya tidak akan berlarut-larut menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan takdir yang saya percaya penuh : bahwa memang ini sedang menjadi kesempatan saya untuk ditinggalkan (lagi). Karena itulah, saya selalu merasa bodoh karena salah langkah menafsirkan perasaan, tapi sekaligus saya merasa bersyukur ditinggalkan, karena itu artinya dia bukan orang yang tepat untuk saya. Saya selalu percaya bahwa kebetulan itu tidak ada. Pasti ada maksud di balik pertemuan. Lalu saya belajar.
Saya, harus banyak berterima kasih pada Tuhan karena jauh-jauh hari mulai menjauhkan saya dari orang-orang yang memang tak baik untuk saya. Mungkin ya, Tuhan berusaha menyadarkan saya bahwa dia—orang yang sepertinya pernah menyayangi saya itu—membubuhkan tanda bintang di atas rasa sayangnya.
Iya, tanda bintang. Seperti yang sering kita lihat di banyak iklan provider handphone misalnya. Memromosikan banyak gratisan dengan tanda bintang. Lalu samar-samar dan kadang bahkan terlewat dari pandangan, di bagian terbawah ada tulisan yang sangat kecil sekali : *syarat dan ketentuan berlaku.
Mungkin seperti itu rasa sayangnya. Dengan tanda bintang. Mungkin ada syarat dan ketentuan yang dia genggam. Mungkin seperti kalau aku tidak keburu jatuh hati dengan perempuan lain yang lebih menarik dari kamu atau seperti kalau aku bisa bertahan dengan sifatmu yang menyebalkan itu atau bahkan hanya berlaku dalam kurun waktu tertentu saja ya. Banyak versi.
Itu sebenarnya cukup menyakitkan. Tapi banyak orang kurang memperhitungkan saja bagaimana rasanya. Jika kemudian yang terkoar-koar dari saya melalui kata-kata adalah emosi, maka sebenarnya ada rasa sakit yang justru masih mengendap dan tidak terkata. Ya, kadang ikhlas melepaskan berada pada sisi yang berbeda dengan rasa sakit yang masih bersisa. Tapi keduanya tak terpisahkan.
Ah, saya terlalu percaya karma. Kalau saya benci diperlakukan seperti itu, maka saya tidak akan memperlakukan orang lain seperti itu. Di sinilah saya belajar. Saya tidak mau seperti itu, ketika saya memutuskan untuk menyayangi seseorang, tidak akan pernah ada tanda bintang di atasnya. Yang tulus dan total, bukan hanya sayang yang kontekstual, tergantung situasi dan keadaan. Supaya saya tidak melukai orang lain.
Itu saja.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com