Rabu, 18 Januari 2012

#5 Maaf, Ma

Tadinya, saya pikir tidak perlu menulis surat untuk Mama. Karena, maunya saya cuma menulis surat untuk orang-orang yang jarang saya temui saja. Tapi saya pikir lagi, Mama itu superpenting. Saya cinta Mama.
Bingung ya mau menulis apa. Mungkin mau menulis tentang kebuntuan kemarin malam. Saya kesal sekali ketika Mama tidak bisa mengambil keputusan tentang suatu hal. Saya kesal sampai bicara dengan nada yang begitu tegas ke Mama. Bukan marah atau membentak, hanya saja saya tidak suka melihat Mama bingung mencari solusi untuk hal sepele. Saya kesal, karena biasanya Mama selalu bisa mengambil tindakan dengan cepat.
Tapi kemudian Mama mengalah dengan ketegasan saya. Tahu apa yang saya rasakan ? Sakit. Sakit karena saya merasa bersalah sekali sudah membuat Mama mengalah dan kemudian diam. Saya merasa bersalah karena saya berlagak sok pintar di depan Mama. Saya merasa bersalah dengan nada bicara saya yang tidak bisa biasa. Saya ikut sakit tiap kali membuat Mama kecewa. Merasa bersalah tidak bisa diandalkan untuk menjaga jasmani-rohani Mama setelah kepergian Papa.
Saya dan Mama jarang sekali bermasalah. Makanya, hal-hal sepele seperti itu selalu membuat saya ingin menangis. Tidak seharusnya saya seperti itu terhadap Mama. Toh Mama juga seperti saya, tidak suka dianggap remeh dengan ketegasan bicara dari orang lain.
Maaf, ya, Ma. Saya menyesal sekali.
Sudah, itu saja. Untung semalam ada Opera Van Java, favorit kita berdua. Lalu tawa kita melebur.

2 komentar:

Rohis Facebook mengatakan...

Mama itu superpenting, tp mama juga manusia biasa yg tak luput dr khilaf..., ujung2x OVJ *smile

Putripus mengatakan...

betuuuuuulll :)

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com