Tuhan tidak akan sedangkal ini mengatur pertemuan dalam adegan bertabrakan-dan-ketumpahan-kopi ala sinetron. Tolong, ini adalah jam istirahat siang yang paling panas dan makin panas karena mau tak mau aku harus menunggu selama ini sendirian di sebuah kedai kopi hanya untuk meladeni permintaan maafmu yang memaksaku untuk mengganti kemejaku. Lalu kamu, pulang ke rumah yang entah berapa kilometer jauhnya sehingga aku harus menghadapi kenyataan paling pahit bahwa aku harus menghabiskan waktu istirahatku hanya untuk menunggu perempuan asing yang baru kutahu hari ini. Mengenalnya pun belum.
“Maaf ya, Mas. Rumah saya deket, sebenarnya. Tapi tadi macet” ujarmu, tergopoh-gopoh mendatangiku. Mungkin kamu menyadari ekspresi wajahku yang mulai tidak enak. “Oiya, saya Sinta”
“Rama. Sori, saya buru-buru kerja”, jawabku singkat. Kuraih kemeja biru yang baru kau keluarkan dari sebuah kantung plastik, lalu aku bergegas pergi.
Seklise itu.
Aku melamun di dekat jendela kantorku pagi ini. Tersenyum sambil memandangi sebingkai foto keluarga. Ada aku, kamu, dan putra kita. Siapa sangka di balik cara dangkal Tuhan untuk mempertemukan kita, kita memang diperjodohkan.
#3 Perkenalan
#15harimenulisdiblog
2 komentar:
saya suka cerita yg ini...:-D
makasih mas :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)