Satu dari sekian banyak percobaanku dengan bahan-bahan di dapur, hanya telur dadarlah menu paling istimewa yang selalu berhasil kumasak sendiri. Jangan ditanya, bahan-bahan lain yang kuolah pasti menimbulkan efek kegagalan yang dramatis sampai Ibu sempat melarangku menyentuh dapurnya selama hampir dua minggu demi menyelamatkan bahan-bahan pokok yang diperlukannya untuk memasak.
Malam ini aku sibuk sendirian di dapur. Sudah hampir pukul dua belas malam dan aku baru saja menyelesaikan telur dadarku. Di bawah remang lampu ruang makan, kuhadapi sepiring telur dadar. Setelah sekian lama, akhirnya menu ini harus menemaniku lagi. Sudah dua tahun aku lari darinya, ketakutan.
Kubuka tirai jendela yang tepat menghadap ruang makan. Gelap di luar sana. Di dalam sini juga pilu. Menikmati sepiring telur dadar atas rasa rindu yang tidak bisa terbendung lagi. Sepiring telur dadar yang membuka lagi kenangan yang menimbulkan sayat kehilangan. Rindu penikmat sekaligus penggemar telur dadar buatanku, rindu pemuji dan pujian yang keluar dari bibirnya yang ditumbuhi kumis rimbun di atasnya.
Air mataku menetes, rindu yang dalam untuk Ayah.
#7 Telur Dadar
#15harimenulisdiblog
4 komentar:
kenangan adalah jejak,...ada kehidupan di masa silam. hidupkan selalu kenangan ttg ayah.... usah lari, karena kenangan menghangatkan hati,mendekatkan yg jauh....
iya, makasih yaa.. alhamdulillah ini cuma fiksi, faktanya rasa kehilangan itu udah teratasi :)
Euh, ini cuma fiksi? :o
iya, Tuan :)
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)