Bima,
lagi-lagi aku duduk di bangku paling belakang. Sementara kau di bangku terdepan
adalah pusaran energi letak semua mata terpusat memandangmu. Bukankah Tuhan
cukup Adil, Bima? Untuk selalu menempatkanmu pada posisi teratas sebab kau
memang terlahir istimewa. Sedang aku yang terlahir tanpa dua kaki lebih layak menempatkan
diri yang lemah ini di atas kursi roda, duduk di deretan bangku paling belakang,
tempat segala punggung menghadapku.
Kau
terlahir serupa galaksi, Bima. Kaya, cerdas, tampan. Kau miliki semua tanpa
terkecuali. Hidup yang sempurna. Hingga apalagi yang membuatmu masih duduk
sendiri di depan sana? Siapalah aku, Bima, si cacat yang berani-beraninya
menduduki bangku kosong yang selalu menjajarimu. Melirikku pun kau enggan.
Dari
sini saja, Bima. Dari sini saja biar puas aku menghabiskan fungsi mataku ini
untuk memperhatikanmu lekat-lekat.
***
Rora,
selalu kusisakan satu bangku kosong di sampingku, agar kau bisa menikmati jarak
pandang yang sama dengan apa yang kunikmati. Bagaimana cara mengajakmu bicara?
Kau adalah gadis penghuni kursi roda yang selalu mundur saat belum sampai
sepuluh jengkal langkahku mengajakku untuk mendekatimu.
Kau
adalah warna-warni di udara, Aurora. Kau masuki perkuliahan tanpa dua kakimu
hingga tak satupun mengalihkan tatapannya dari sosokmu yang kuat dan mandiri di
atas kekuranganmu. Tidakkah itu memesona? Kau adalah satu yang berbeda dari
sekian ratus penghuni universitas yang sama dan monoton. Maka mencuri pandang
demi untuk bisa menikmati warnamu adalah kebiasaan baruku, Rora.
Aku
melihat bagaimana kau memilih terasing dari sekian banyak perhatian yang
terarah untukmu. Karena kau begitu kuat, Rora. Kau tak ingin dikasihani. Dan
pilihanmu yang jatuh pada bangku paling belakang setiap harinya adalah bukti
bahwa kau tak ingin berada di depan dan menghisap belas perhatian.
Sini,
Rora. Duduklah di sampingku sekali-kali. Aku akan senang.
***
Jeda
kuliah, Bima dan Aurora bertemu. Pandangan mereka bertumbukan, lenting
sempurna. Keduanya saling melempar senyum, lantas menunduk, pamit diri.
Begitu
seterusnya.
Dalam
satuan waktu yang tak terhingga, Aurora berada dalam galaksi Bima. Pun Bima,
menjadi pusat bumi Aurora mengangkasa. Segalanya mereka rasakan diam-diam.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan jejak :)