Rabu, 29 Agustus 2012

#26 Ojek Payung


Kaki mereka hitam lusuh, berlarian meninggalkan jejak-jejak air yang meloncat tinggi pada genangan. Berkecimpung dalam jutaan jarum angkasa yang menghunus bumi bukan lagi menjadi masalah yang berat. Tak lagi dingin yang mereka rasa. Peka kulit di sekujur badan mereka telah menebal. Pula pakaian lama serbatipis yang mereka kenakan, bukan lagi menjadi pembawa gigil yang perlu diresahkan.
Ini yang mereka tawarkan kepada orang-orang di halte yang tidak kebagian kanopi, atau orang-orang di teras mal yang hendak keluar mencari taksi menuju tempat lain, atau mahasiswa-mahasiswa yang hendak kembali ke kos masing-masing, saat hujan tiba-tiba merayap begitu saja: perlindungan. Rasa aman yang begitu mahal, mereka tawarkan sukarela dengan mengandalkan satu payung berukuran besar, cukup untuk melindungi dua-tiga orang yang ingin menumpang teduh, lantas membiarkan mereka sendiri basah kuyup terguyur hujan dan hanya menerima tiga lembar seribuan.
Bocah-bocah ojek payung, bahagia hujan-hujanan tanpa perlu dimarahi orang tua seperti anak kaya raya lainnya. Takut sakit adalah dua kata yang tak ada di kamus mereka sejak mereka membiasakan diri bertemankan hujan.
Toh, lagi-lagi semua demi sesuap nasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan jejak :)

Cari di Sini

 
 
Copyright © Sepotong Keju
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com