Tuhan, hamba-Mu ini sedang begitu perih perutnya, sedang lapar yang amat sangat. Tapi aku cacat, Tuhan. Tak kau berikan tangan yang sempurna menjuntai, juga kaki yang sanggup menapak dengan tegap. Harus kuseret tubuhku, Tuhan. Tidakkah Kau lihat ?
Lalu dengan apa aku harus mengemis sementara tak bisa kuterima uang receh mereka dengan kedua tanganku. Tak mau pula aku terlalu merendahkan diriku dengan menerima uang-uang itu menggunakan mulutku. Bah ! Aku tak sehina itu.
Tapi sungguh, Tuhan. Aku lapar. Mengapa tak Kau turunkan saja hujan makanan, daripada hujan air yang begitu merepotkan ? Tidakkah Kau mengerti apa yang aku inginkan, Tuhan ?
Baiklah, Tuhan. Tak pantas aku menjelek-jelekkan Engkau sementara aku sendiri tak sempurna. Engkaulah Yang Maha.
Aku ini perempuan gotik, berpakaian serbahitam dengan dandanan yang seram. Mencari lelawa malam yang beterbangan liar. Menangkapnya garang dengan cakarku. Mencabiknya dengan taringku. Semakin melawan, semakin habis kumakan.
Aku ini perempuan aneh, yang tak akan pernah kau mengerti. Bukan perempuan anggun bergaun putih denngan rambut keriting gantung yang turun gemulai dari tangga berselimut karpet merah dan bertabur mawar yang menggairahkan.
Sudah kubilang, hutan tempatku bertandang.
Bukan istana, apalagi hatimu.
Jadi pulanglah saja. Cari ratu putihmu yang lain.
Dan biarkan waktuku habis, mencari pangeran malam yang bersedia berwanitakan aku.
2010. Kalo menghela nafas gaya anak alay, pasti ada embel-embel ’huft’. Tapi karena saya bukan anak alay, jadi nggak akan ada kata itu di kamus saya. Intinya, saya menghela nafas untuk 2010 yang sanat-sangat istimewa.
Dimulai dari perjuangan untun bisa lulus UNAS dengan nilai yang memuaskan dan lolos SNMPTN dengan diterima di jurusan yang terbaik buat saya. Hari-hari berjalan dengan begitu keras, berkutat dengan soal-soal seabrek untuk media pembuktian usaha dan kerja keras, sampai akhirnya doa saya dikabulkan Tuhan. Lulus UNAS dengan nilai yang memuaskan dan lolos SNMPTN di pilihan nomer 1, Psikologi Universitas Airlangga.
2010, beda dengan tahun-tahun ajaran baru sebelumnya yang selalu mempersulit saya untuk bisa beradaptasi sehingga butuh waktu satu semester untuk bisa punya teman dekat, kali ini saya begitu mudah bergaul dengan sesama manusia. Dan dengan semua kekurangan yang saya punya—yang memuakkan—akhirnya nggak sulit buat saya untuk bisa punya teman dekat yang istimewa ke mana-mana : Kamel, Fefe, Zaza, Chyntia, Danang, Dhito, dan Esteh (yang emang udah kenal dari SMA). Jadilah hari-hari saya di dunia perkuliahan dan di Surabaya terasa sangat oh-wow-amazing. Pulang malam, nginep rumah temen, nongkrong sampe jayus, karaokean, truth game yang membongkar semua rahasia, ngemal, wisata kuliner, semuanya yang baru yang sebelumnya sangat terbatas bisa saya rasakan gara-gara predikat saya sebagai anak rumahan.
Dan love-life. Ah bikin malas membicarakannya. Semua berawal dari pembelian modem yang membuat saya semakin rajin dan semangat ngeblog, dan membagi perasaan saya (baca : curhat) lewat postingan-postingan melankolis tentang cinta. Dan beberapa hari lalu saya ketahuan. Oke, tepuk tangan. Saya mengambinghitamkan si modem smartfren atas semua kekacauan yang bikin saya pusing ini. Dan gara-gara ketahuan itu, tiap ketemu saya jadi bingung nyapa dia gimana, bahkan sering lupa juga dia itu siapa, siapa namanya, semuanya. Sial.
Dan tanggal 30 Desember kemarin, bertepatan dengan malam jumat yang nggak kliwon. Kita semua nongkrong di NAV untuk karaokean sampai jam 8 malam, lalu ke rumah Zaza untuk melampiaskan keinginan nongkrong dan ngobrol ngalur-ngidul. Dan pembicaraan kemudian bener-bener nyasar ke arah horror. Oke banget setting-nya. Di gelap-gelapan, pas malem jumat pula. Akhirnya kita semua, gak peduli cowok-cewek, dempet-dempetan karena pada takut. Senggol dikit, pasti ada yang teriak kaget. Ah dasar.
Dan itu berlanjut sampai jam 1 malem. Oke banget. Akhirnya nyari makan di jalan, terus balik ke rumah Zaza buat nginep. Haha siapa juga yang mau bukain pintu kosan jam 1 malem ?
Alarm udah disetel. Tapi sialnya hape kita semua pada mati. Kuliah jam setengah 8, bangun jam 7. Buru-buru balik ke kosan buat mandi, ternyata antri abis. Giliran dapet kamar mandi, ternyata air mulai tanda-tanda mau mati pas lagi boker. Perfect ! akhirnya nongkrong agak lama nunggu airnya nyala banyak lagi.
Terus ngampus, terus bolos di matkul kedua, lebih milih main pingpong. Terus nagihin utang buat bisa pulang karena persediaan duit udah mepet-pet-pet-supermepet. Dan akhirnya : PULANG. Rencananya nggak pulang juga sih, pengen tahun baruan di Surabaya. Tapi oh tapi, temen-temen deket pada pulang kampung. Jadi, okelah, Gresik juga menanti.
Penutup tahun yang buruk.
Haha belum selesai. Kan ini edisi tahun baru, jadi postingan saya agak banyak nggak papa kan ?
Sip.
Ngomongin tentang perayaan tahun baru, selalu ada perayaan tahun baru yang berbeda tiap tahunnya di hidup saya.
Tahun lalu, saya menghabiskan waktu dengan teman-teman kelas 3 SMA, bakar-bakar (di) rumahnya Hilmi.
2 tahun yang lalu, saya tahun baruan dengan teman-teman Swelagiri, menghadiri pesta miras dadakan, muterin Gresik bareng Buncit yang waktu itu lagi mabuk. Untung dia tau diri, nggak nyetir dengan kecepatan 100 km/jam kayak sebelumnya.
3 tahun yang lalu, saya jadi panitia tahun baruan di Semen Gresik, kemudian saya diculik Mas Surkun untuk jalan-jalan.
4 tahun sebelumnya dan sebelumnya lagi, saya lebih banyak tahun baruan dengan keluarga.
Dan ini adalah tahun baruan kedua tanpa Papa. Ya, nggak ada lagi deh Papa yang sering nelpon nanyain lagi di mana, sama siapa, pulang jam berapa. Nggak ada lagi Papa yang nunggu saya pulang sampai jam 1. Nggak ada lagi Papa yang ngomel-ngomel setelah itu, tapi paginya sudah memaafkan Papa. Hambar.
Tahun ini, haha tepatnya nanti, ternyata ada undangan bakar-bakar (di) rumahnya Pakdhe sekalian makan malem sama keluarga besar. Asik. Pembalasan dendam si-anak-kos-yang-jarang-makan akan terbalaskan !
Terima kasih, saya capek nulis. Untuk resolusi tahun 2011, cukup satu : BE BETTER :)
Jadi pada intinya, tahun 2010 adalah tahun yang sangat tidak datar, sangat berbeda, dan sangat menyenangkan.
Kenapa ibunya setega itu memberikan nama ‘Lara’ untuknya ? Sementara yang aku tahu, dia sungguh perempuan yang ceria dan penuh semangat. Siapapun yang ada di sekitarnya pasti akan setuju bahwa pagi bukanlah sekedar pagi yang biasa kalau mereka bersama Lara.
Aku pernah menanyakan langsung kepada Lara tentang arti namanya. Namun dia menggeleng. Katanya, segera akan ditanyakannya arti nama itu kepada ibunya, si Pemberi Nama.
Setelah pembicaraan itu, tak pernah lagi kujumpai Lara dengan senyum manis yang memperlihatkan kedua gigi gingsulnya, atau siulan-siulan kecil yang ia dendangkan untuk memecah sepi, bahkan tawa menggelegar yang dulu sering dia obral untuk kami pun tak pernah terlihat.
Sampai akhirnya aku duduk mendekatinya pada suatu sore. Kutanyakan kenapa ia begitu murung, dan kuberitahukan kepadanya betapa kami kehilangan Lara yang dulu.
Lalu dia menunduk, tangisnya pecah, dipeluknya tubuhnya sendiri. Erat, seperti orang sakau.
“kutanyakan kepada Ibu apa arti namaku. ‘Lara’ adalah lara ibu karena harus melahirkan aku si anak haram”
Kemudian tangisnya yang semakin sendu membuatku tahu betapa besar rasa jijiknya terhadap dirinya sendiri yang tak berayah. Aku merangkulnya, meredam tangisnya.
“Berhentilah menangis, Lara. Kamu tetap istimewa bagi kami”
Aku bisa merasakan hujan selai strawberry lumer di dalam rongga mulutku. Manis dan asamnya sungguh terasa nikmat menjalar memasuki seluruh sela-sela gigiku dan menggesek-gesep papilla lidahku.
Lalu aku melihat roti isi yang kupegang, ada bekas gigitanku. NanarMembuatnya robek menganga dan seakan mengeluarkan darah merah selai strawberry. Aku meneteskan air mata. Bagaimana bisa aku sesensitif ini, seakan merasakan luka yang sangat dalam seperti roti isiku. Luka yang tidak bisa terobati. Hanya menunggu waktu untuk menghabiskan lukanya.
Kemudian kulahap semua roti isi yang tersisa. Mulutku penuh. Kubaringkan kepalaku di atas meja dan menangis sejadinya.
Kamu tidak lagi ada di sini, menemani pagiku menikmati secangkir kopi dan sebentuk roti isi selai strawberry. Aku kehilangan kamu. Bersama perempuan lainlah kamu pergi untuk berbagi pagimu, dan roti isi selai strawberry-mu.